Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua Terhadap Tanggung Jawab Belajar Anak Kelas IV SDN

  1. Judul penelitian

Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua Terhadap Tanggung Jawab Belajar Anak Kelas IV SDN Kotakulon 02 Bondowoso Tahun  Pelajaran 2012/2013

  1. 2.     Latar belakang

Anak memulai kehidupannya dengan sedikit sumber daya untuk menjaga diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya dan orang lain. Anak dapat hidup dan berkembang dengan bantuan dari orang tuanya, karena anak merupakan harapan orang tua yang akan melanjutkan cita-cita dan eksistensi kehidupannya, maka orang tua dituntut memiliki kemampuan dalam merawat, menjaga keamanan, memelihara, membimbing, mendidik dan memberikan pertolongan. Dengan kemampuan orang tua tersebut anak secara berangsur-angsur dididik dan diarahkan, agar tumbuh rasa tanggung jawab.

Untuk menumbuhkannya dimulai dari pemberian berbagai tugas kecil dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah tangga, misalnya : membersihkan meja, merapikan tempat tidur dan lain-lain. Anak yang diberi tugas tertentu akan berkembang rasa tanggung jawabnya. (Benyamin Spock, 1991 : 38). Untuk mengubah sikap anak secara jitu, orang tualah yang pertama-tama harus mengubah tanggapannya. Teriakan anak, malasnya merapikan tempat tidur, dan lain-lain tidak perlu ditanggapi, dengan mengubah reaksi, seluruh pola akan berubah termasuk si anak. Anak akan belajar dari tanggapan yang baru dari orang tuanya. Dengan demikian akan memungkinkan pembimbingan anak untuk bertindak secara tepat dan bertanggung jawab. Menurut Dak ( 1987 : 64 ) dalam mengajar anak untuk bertindak secara tanggung jawab, pendidik perlu memperhatikan  hal yaitu : (1) Melihat tindakan yang tidak tepat dari anak sebagai suatu usaha untuk memperoleh peranannya ; (2) Relasi terhadap tindakan anaklah yang menentukan. Bimbingan terletak dalam relasi dengan anak-anak. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai ia mencapai usia yang cukup untuk bertanggung jawab.

Bimbingan itu meliputi bimbingan pribadi, sosial, dan karier. Bimbingan belajar sebaiknya diberikan orang sejak dini. Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar (golden age). Oleh karena itu kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk proses belajar anak. Namun demikian satu halperlu mendapatkan perhatian, bahwa orientasi belajar anak yang sesungguhnya adalah mengembangkan rasa tanggung jawab belajar. Tugas dan pekerjaan membersihkan rumah merupakan ramuan dasar untuk membantu anak belajar bertanggung jawab. Pekerjaan dan tugas adalah hal yang konkret, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa pekerjaan harus dilakukan bisa ditentukan. Dengan demikian anak dapat mengembangkan model mental dan meningkatkan ketrampilan untuk melakukan pekerjaan atau tugas. Orang tua harus menyediakan waktu, perhatian, dukungan, dan itikad baik agar anak tidak kecewa. Setiap orang tua harus memperhatikan karakteristik anak. Anak akan mendapat pengertian mengenai pentingnya sikap bertanggung jawab melalui interaksi sehari-hari dengan orang tua, guru, dan teman-teman sebaya. Jika orang tua dan guru bisa menyadari bahwa anak akan membuat kesalahan dan karenanya perlu diberitahu apa kesalahan serta alternatif yang bisa mereka ambil, maka anak bisa dipastikan anak akan tumbuh dewasa dengan rasa tanggung jawab yang kuat (Anton Adiwiyoto, 2001 : 12). Terlebih apa yang ditunjukkan itu mengenai belajar, maka akan tumbuh rasa tanggung jawab belajar yang benar.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kelak hari anak akan memasuki dunia sekolah dengan banyak sikap dan kemampuan yang kompleks. Berhasil tidaknya mereka di sekolah sangat ditentukan oleh cara mereka menanggapi batasan dan aturan, serta bagaimana mereka menerima tanggung jawab. Jika anak terbiasa memiliki rasa tanggung jawab dan bimbingan belajar dari orang tua, guru di sekolah akan memberikan dukungan positif dalam mengembangkan pengetahuan dan berbagai macam kegiatan belajar baik kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler.

Perjalanan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan diperlukan belajar. Agar lebih efektif dalam belajar, setiap anak harus memiliki rasa tanggung jawab. Memiliki rasa tanggung jawab erat kaitannya dengan prestasi di sekolah. Tanggung jawab anak yang telah ditanamkan dan diterimanya sejak dini oleh orang tua akan membantu kegiatan belajar anak di sekolah lebih bermakna yakni memperoleh hasil belajar yang memuaskan semua pihak. Hasil pengamatan dan pengalaman peneliti sebagai guru kelas IV SDN Kotakulon 02 Bondowoso menunjukkan 7 siswa dari 45 siswa hasil belajar dan tanggung jawab dalam belajar masih kurang memuaskan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan tanggung jawab dalam belajar dan prestasi belajar siswa antara lain : pemberian tugas, belajar kelompok dan PR, tetapi belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk skripsi ini dengan judul ” Pengaruh Bimbingan Belajar Orang Tua Terhadap Tanggung Jawab Belajar Anak Kelas IV SD Kotakulon 02 Bondowoso Tahun pelajaran 2012-2013.

 

Rumusan Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI DONGENG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS I SDN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting, karena pendidikan itu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan hidup manusia. Dengan semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh oleh seseorang maka semakin besar kesempatan untuk meraih sukses hidup di masa mendatang. Secara garis besarnya, pendidikan sangat berkompeten dalam kehidupan, baik kehidupan itu sendiri, keluarga, masyarakat maupun kehidupan bangsa dan negara.

Pemerintah dalam hal ini telah mengatur dan mengarahkan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 menyebutkan tujuan dari pedidikan nasional yang berbunyi :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Berhasil tidaknya program pembangunan faktor manusia memegang peranan yang sangat penting. Untuk pembangunan itu diperlukan manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki sifat positif terhadap etos kerja.

Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu pendidikan di sekolah memegang peranan penting dalam rangka mewujudkan tercapainya pendidikan nasional secara optimal seperti yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar

tersebut guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar.

Tujuan seperti yang telah tersebut di atas dapat dicapai dengan baik apabila pada diri peserta didik timbul suatu kesadaran yang mendalam untuk meraih prestasi yang tinggi. Untuk mencapai prestasi yang tinggi maka diperlukan proses interaksi yang optimal antara pendidik sebagai pentransfer ilmu dan peserta didik sebagai objek.

Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar ”baca-tulis-hitung”, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar ”baca-tulis”, maka peranan pengajaran Bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar ”baca-tulis”, pembelajaran tidak hanya pada tahap belajar di kelas-kelas awal tetapi juga pada kemahiran atau penguasaan di kelas-kelas tinggi.

Bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan bahasa di samping aspek penalaran dan hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk bahasa dan sastra. Padahal dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan). Jadi dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan metode yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan, sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif.

Berdasarkan hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Kotakulon 2 Bondowoso belum menggembirakan. Rata – rata nilai Bahasa Indonesia pada ulangan semester II tahun ajaran 2009/2010 hanya  52,13. Hal itu adalah akibat dari belum efektifnya pembelajaran berbicara

yang dilaksanakan di kelas. Sejalan dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), salah satu upaya yang dilaksanakan di sekolah ini adalah penggunaan dongeng sebagai metode pembelajaran. Hal ini harus dilakukan agar kebutuhan peserta didik dapat terlayani dengan baik sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan kata lain fungsi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai kerangka dasar dan harus dijabarkan sendiri oleh guru dengan melihat potensi, situasi dan kondisi masing-masing sekolah. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam proses pembelajaran harus berjalan secara kreatif, inovatif, efektif, menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik. Perubahan dan implementasi itu tidak hanya konsep, metode dan strategi guru dalam mengajar akan tetapi situasi dan kondisi siswa juga harus kondusif dan menyenangkan, sehingga siswa merasa nyaman belajar di sekolah.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa guru harus mencari solusi yang terbaik dalam pembelajaran. Terlebih lagi untuk pembelajaran Bahasa Indonesia awal di kelas I (satu) Sekolah Dasar (SD), guru dituntut untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan disertai improvisasi, kreasi, menarik dan menyenangkan. Hal ini harus dilakukan karena siswa kelas I (satu) kegiatannya masih ingin bermain-main, selalu cari perhatian guru. Guru harus dapat menanamkan ketrampilan berbicara Bahasa Indonesia dalam suasana bermain dan menyenangkan, sehingga siswa merasa bahwa belajar Bahasa Indonesia itu tidak sulit.

Metode pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara adalah antara lain dengan dongeng. Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (Poerwadarminta, 1985: 357). Menurut pengamatan peneliti dongeng sangat baik digunakan dalam pembelajaran, karena siswa akan lebih tertarik dengan adanya dongeng dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pandapat Abdul Aziz Abdul Majid (2002: 30) yang mengatakan bahwa dongeng dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Dongeng yang sering digunakan

dalam pembelajaran untuk anak kelas I adalah dongeng tentang binatang (fabel). Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral) bahkan sindiran. Jadi, dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat, yang mempunyai keguanaan sebagai alat hiburan atau pelipur lara dan sebagai alat pendidik (pelajaran moral). Pengisahan dongeng mengandung suatu harapan-harapan, keinginan dan nasihat yang tersirat maupun yang tersurat. Ketika seorang ibu bercerita kepada anak-anaknya kadang-kadang ajarannya diungkapkan secara nyata dalam akhir cerita tetapi tidak jarang diungkapkan secara tersirat. Dalam hal ini sang anak diharapkan mampu merenungkan, mencerna dan menterjemahkan sendiri amanat yang tersirat didalam cerita tadi.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlu diadakan penelitian terhadap penggunaan dongeng dalam mencapai tujuan meningkatkan kemampuan berbicara di Kelas I SD Negeri 2 Bondowoso. Untuk itu penulis melakukan penelitian tentang: “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Dongeng Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD Negeri 2 Bendosari Kecamatan

Sawit Kabupaten Boyolali Tahun 2010”.

 

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut diketahui banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar berbicara melalui dongeng pada siswa kelas I SD Negeri 2 Bondowoso Kecamatan Kotakulon Kabupaten Bondowoso antara lain:

1. Keterampilan bicara siswa rendah.

2. Minat siswa dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia kurang.

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia hanya dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan.

4. Guru belum menggunakan metode dalam proses pembelajaran.

 

 

5. Tujuan pembelajaran belum tercapai maksimal.

 

C. Pembatasan Masalah

Agar pembatasan masalah mengarah pada tujuan yang akan dicapai, maka dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas dibuat batasan masalah sebagai berikut :

1. Peningkatan aspek berbicara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

2. Penggunaan metode dongeng dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

 

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

”Apakah pembelajaran melalui dongeng dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas I SD Negeri 2 Bondowoso?”

 

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut :

“Untuk meningkatkan kemampuan berbicara dalam proses pembelajaran melalui dongeng pada siswa kelas I SD Negeri 2 Bondowoso”

 

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian lain serta dapat menambah khasanah keilmuan dalam dunia pendidikan.

2. Praktis

a. Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai bahan membuat kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

b. Bagi Guru

Dapat memperoleh keterampilan baru yaitu penggunaan dongeng dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya aspek berbicara pada siswa kelas I SD Negeri 2 Bondowoso.

c. Bagi Siswa

Meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

 

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan yang dimiliki oleh manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Kemampuan ini telah berkembang selama berabad-abad yang lalu untuk memperkaya diri dan untuk mencapai perkembangan kebudayaan yang lebih tinggi. Misalnya para ilmuwan berusaha terus menemukan sumber-sumber energi yang baru, dengan menggunakan hasil penemuan ilmiah yang digali oleh generasi terdahulu terjadi karena manusia dibekali berbagai kemampuan (http: //www.iphimkool.co.cc/kemampuanbahasaindonesia.html).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 235) kemampuan berarti kesanggupan; kecakapan; kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Poerwadarminta (2007: 742) mempunyai pendapat lain tentang kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Pendapat lain dikemukakan juga oleh Nurhasnah (2007: 552) bahwa mampu artinya (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan. Sehubungan dengan hal tersebut Didik Tuminto (2007: 423) menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan.

Sedangkan Woodworth dan Marquis (1957: p.58) memberikan defisi bahwa kemampuan (ability) mempunyai 3 arti yaitu (achievement) yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu; (capacity) yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman; (aptitude) yaitu yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap/diukur dengan te khusus yang sengaja dibuat untuk itu. Ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk

melakukan suatu perbuatan (http://digilib.petra.ac.id/…/jiunkpe-ns-s1-2008-hanurda-chapter2.pdf). Kemampuan (capability) adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana (http://www.pdftop.com/ebook/pengertian+kemampuan). Sedangkan menurut Kevin Davis dalam Mangkunegara (2000: P.67) secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge skill).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan kacakapan atau keahlian seseorang dalam mencapai sesuatu hal yang ia inginkan atau keinginannya.

ANALISIS PEMBELAJARAN PKn SD BERDASARKAN KTSP

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini sangat berbengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut adanya inovasi baru yang dapat menimbulkan perubahan, secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung jawab melaksanakan inovasi diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dimana guru memegang peranan utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap siswa maupun masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.

Perubahan yang terjadi pada kurikulum belakangan ini diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Kurikulum yang diberlakukan sekarang yaitu kurikulum 2006 (KTSP), diharapkan dapat berjalan secara operasional, sehingga dapat memberikan kompetensi yang cukup bagi peserta didik untuk mengembangkan dirinya, namun tidak menyimpang dari peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Namun sayangnya, rancangan KTSP yang berlaku saat ini belum sepenuhnya dipahami segenap kalangan pendidik khususnya guru SD. Kebanyakan dari mereka merasa kebingungan akan arah dan tujuan KTSP dan bahkan yang lebih tragis lagi adalah pembelajaran versi KTSP sangat merepotkan guru. Sehingga penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan bagian terpenting dari KTSP lebih pada pemenuhan administrasi saja (formalitas). Ketika ada pengawasan dari Dinas Pendidikan setempat, barulah RPP tersebut keluar dari sarangnya. Sedangkan proses pembelajaran di kelas masih menggunakan cara-cara klasik dengan metode ceramah dan menghafal.

Kenyataan tersebut diatas berlaku di beberapa sekolah (SD) di wilayah kabupaten Melawi Kalimantan Barat.  Proses pembelajaran di kelas sangat membosankan dan membuat peserta didik tertekan. Hal ini juga terjadi pada mata pelajaran PKn. Mata pelajaran PKn yang dalam KTSP ini merupakan suatu mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada Pancasila, UUD dan norma-norma yang berlaku di masyarakat masih belum optimal disampaikan ke siswa. Karena pembelajaran PKn diterapkan mulai dari dasar pendidikan formal yaitu SD kelas 1, maka kehadiran KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang konkrit terhadap persoalan-persoalan di atas. Adapun pembahasan lebih lanjut akan dibahas pada Bab II.

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, adalah :

1.   Menganalisis isi KTSP dan kelebihan dan kelemahan KTSP.

2.   Analisis proses belajar mengajar pada pembelajaran Pkn di SD, berdasarkan observasi dan interview.

 

BAB II

ANALISIS PEMBELAJARAN PKn SD BERDASARKAN KTSP

Di SDN 07 Nanga Pinoh dan SDS Yos Sudarso Nanga Pinoh

KABUPATEN MELAWIKALIMANTANBARAT

 

2.1 Analisis Isi Kurikulum 2006 (KTSP)

Kurikulum merupakan seperangkat perencanaan dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyediaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diberlakukan Departemen Pendidikan Nasional melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), sesungguhnya dimaksudkan untuk mempertegas pelaksanaan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) artinya kurikulum baru ini tetap memberikan tekanan pada pengembangan kompetensi siswa.

KTSP untuk jenjang pendidikan dasar dikembangkan oleh sekolah (komite sekolah) dengan berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang diterbitkan oleh BSNP. Pengembangan KTSP berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki potensi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini selaras dengan tujuan mata pelajaran PKn.

KTSP juga dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik serta kepentingan nasional dan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dimana antara kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi serta jenis pendidikan dengan tanpa membedakan suku, agama, dan antar golongan (SARA), adat istiadat, status sosial, ekonomi dan gender. Sehingga sejalan dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

Adapun hal-hal yang dipertimbangkan dalam penyusunan KTSP adalah sebagai berikut:

1.   Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia

2.   Peningkatan potensi, kecerdasan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemempuan peserta didik

3.   Perkembangan IPTEK dan Seni

4.   Dinamika perkembangan global

5.   Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

6.   Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

Hal-hal tersebut diatas mempunyai prinsip dan tujuan yang sama dengan mata pelajaran PKn di sekolah dasar karena secara ideal PKn membentuk warga negara yang memiliki wawasan berbangsa dan bernegara serta nasionalisme yang tinggi.

2.2. Kelebihan Kurikulum 2006 (KTSP)

Setiap kurikulum yang diberlakukan diIndonesiamemiliki kelebihan masing-masing tergantung pada situasi dan kondisi pada saat kurikulum diberlakukan. Kelebihan-kelebihan KTSP ini antara lain :

1.   Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam pendidikan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum damasa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum diseluruhIndonesia, tidak melihat situasi riil dilapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Untuk itulah kehadiran KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang konkrit terhadap mutu dunia pendidikan diIndonesia. Dengan semangat otonomi itu, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat secara bersama-sama merumuskan kurikulum sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi lingkungan.

  1. Mendorong guru, kepala sekolah dan pihak manajemen untuk semakin meningkatkan kreatifitasnya dalam penyelenggaraan program pendidikan.
  2. Dengan berpijak pada panduan KTSP sekolah diberi kebebasan untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi dan potensi keunggulan local yang bisa dimunculkan oleh sekolah. KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.
  3. KTSP menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling membutuhkan siswanya. Sebagai contoh sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat lebih menfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang kepariwisataan lainnya.
  4. KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20 persen.

Dengan diberlakukannya KTSP beban belajar siswa berkurang karena KTSP lebih sederhana. Tetapi tetap memberikan tekanan bagi perkembangan siswa. Alasan diadakannya pengurangan jam pelajaran ini karena menurut pakar pendidikan anak bahwa jam pelajaran di sekolah-sekolah selama ini terlalu banyak. Sehingga suasana yang tercipta pun terkesan sangat formal. Akibat yang lebih jauh lagi dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Hal ini dirasakan oleh siswa SD yang masih anak-anak dan mereka membutuhkan waktu bermain yang cukup untuk mengembangkan kepribadiannya secara alami.

6. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.

2.3. Kelemahan Kurikulum 2006 (KTSP)

Setiap kurikulum yang diberlakukan diIndonesiadisamping memiliki Kelebihan juga memiliki kelemahan. Kelemahan-kelemahan KTSP antara lain :

1.   Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.

Pola penerapan KTSP terbentur pada masih minimnya kualitas guru. Sebagian guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan KTSP. Selain itu juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreatifitas guru.

2.   Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap merupakan salah satu syarat yang paling penting bagi pelaksaan KTSP. Sementara kondisi di lapangan menunjukan masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang lainnya.

3. Masih banyaknya guru yang belum memahami KTSP secara komprehensip baik konsepnya, penyusunannya, maupun praktek pelaksaannya di lapangan.
Masih rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana secara menyeluruh.

4.   Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran berdampak pada pendapatan guru.

 

2.4. Analisis Pembelajaran PKn berdasarkan Observasi dan Interview

A.  Pembelajaran PKn di SDN 07 Nanga Pinoh Kabupaten Melawi Kalimantan Barat

Berdasarkan hasil wawancara penulis melalui telepon dengan Kepala Sekolah tentang pembelajaran PKn di SDN 07 Nanga Pinoh, ada beberapa hal menarik yang disampaikan, antara lain: Pertama, pelaksanaan proses pembelajaran memang pada umumnya berjalan cukup baik. Demikian juga dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran PKn. Namun secara keseluruhan masih menggunakan format pembelajaran klasik, seperti metode ceramah tanpa menggunakan media.  Penggunaan metode ceramah dan tanpa penggunaan alat peraga pada proses pembelajaran PKn sangat membosankan. Pada hal alat peraga merupakan hal penting dalam proses pembelajaran di kelas.

Kedua, proses pembelajaran di kelas tidak berdasarkan rancangan pada RPP. Hal ini dibuktikan dengan jawaban Kepala Sekolah tentang sejauh mana penggunaan RPP bagi para guru. Penyusunan RPP bukan untuk merancang proses pembelajaran di kelas agar terencana dan tersistematis, melainkan sekedar persyaratan administratif sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jadi, guru masuk kelas berbekalkan buku sebagai sumber belajar tanpa yang lainnya. Ketiga, pengembangan materi ajar masih terpusat pada buku ajar yang ditentukan oleh Dinas Pendidikan setempat. Sementara sejauh ini belum ada buku-buku pelajaran yang berani mengangkat berbagai kearifan local seperti budaya daerah setempat.

Di sisi lain, guru kurang kreatif dalam mengembangkan materi tersebut sehingga apa yang menjadi sasaran KTSP untuk menanamkan budaya local belum tercapai. Secara ideal mata pelajaran PKn disekolah memegang peranan penting untuk mengembangkan potensi peserta didik sebagai Warga NegaraIndonesiayang berkepribadian mantap serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Adapun aktualisasi dari PKn tersebut adalah melahirkan peserta didik sebagai ilmuan professional sekaligus Warga NegaraIndonesiayang memiliki rasa kebanggan dan cinta tanah air (Nasionalisme) yang tinggi dengan tidak melupakan semangat kedaerahannya.

Pada akhir percakapan penulis dengan bapak Kepala Sekolah SDN 07 Nanga Pinoh, sempat menanyakan kendala utama para guru dalam menerapkan KTSP pada pelajaran PKn. Beliau dengan jelas mengatakan bahwa, kompetensi guru yang masih kurang khususnya tentang KTSP. Sebab kebanyakan guru di SDN 07 tersebut masih tamatan SPG dan D-II PGSD. Sehingga pengetahuan mereka tentang KTSP masih sangat minim.

B.  Pembelajaran PKn di SDS Yos Sudarso Nanga Pinoh Kabupaten Melawi Kalimantan Barat

Pelaksanaan proses analisis pembelajaran PKn di SDS Yos Sudarso Nanga Pinoh Kabupaten Melawi dilakukan dengan cara pengamatan langsung (observasi). Pengamatan dilakukan saat liburan panjang bulan Oktober tahun 2008 yang lalu. Untuk diketahui bahwa SDS Yos Sudarso merupakan salah satu SD swasta yang ada di kabupaten Melawi. Kebanyakan gurunya adalah guru swasta (non PNS) yang sewaktu-waktu akan pindah dari sekolah tersebut karena alasan pindah tugas atau lulus CPNS. Hal tersebut juga berlaku bagi guru mata pelajaran PKn.

Berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas pada mata pelajaran PKn, hampir sama dengan apa yang terjadi di SDN 07. Hanya beberapa kelebihan yang dimiliki SDS Yos Sudarso berkaitan dengan KTSP adalah kreatifitas guru dalam menggunakan media pembelajaran. Dari pantauan penulis, terdapat seorang guru PKn yang sedang menjelaskan aneka pakaian adat menggunakan media gambar. Di kelas yang berbeda juga seorang guru asyik menempelkan di papan tulis gambar yang dibuatnya tentang kewajiban anak di sekolah (gambar anak yang sedang piket kelas). Hal tersebut tentunya memberi warna tersendiri pada proses pembelajaran di kelas.

Namun ketika ditanya tentang penyusunan RPP sebelum mengajar, mereka beranggapan bahwa itu hanya berlaku bagi guru PNS saja. Bagi mereka selaku guru swasta tidak mesti harus membuat RPP sebelum mengajar. Sebuah pandangan yang sangat keliru. Materi ajar yang disampaikan ke siswa juga terpaku pada buku yang disediakan pihak sekolah.

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1 KESIMPULAN

Dari hasil analisis KTSP dan proses pembelajaran PKn SD di Kabupaten MelawiKalimantanBarat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1.   Perubahan kurikulum yang terjadi dalam dunia pendidikan sejalan dengan IPTEK yang terus berkembang.

2.   Kurikulum 2006 (KTSP) dalam pembelajaran PKn mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk melahirkan peserta didik sebagai menjadi warga negaraIndonesiayang taat terhadap peraturan dan norma yang berlaku di masyarakat serta cinta tanah air (Nasionalisme) yang tinggi dan semangat kedaerahan yang mendalam.

3.   Kelebihan dari kurikulum 2006 (KTSP) yaitu mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan, mendorong guru dan pihak manajemen sekolah untuk meningkatkan kreatifitas dalam program pendidikan, menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan peserta didik, dan memberikan peluang yang lebih luas untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.

4. Kelemahan dari kurikulum 2006 (KTSP) yaitu kurangnya SDM, kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana, masih banyak guru yang belum memahami KTSP, pengurangan jam pelajaran yang berdampak pada berkurangnya pendapatan guru.

5.   Proses belajar mengajar pada pembelajaranPKnSDdi SDN 07 dan SDS Yos Sudarso Nanga Pinoh Kabupaten Melawi Kalimantan Barat masih menggunakan pola klasik. Hal tersebut dikarenakan minimnya pengetahuan guru tentang KTSP dan salah kaprah dalam menafsirkan kegunaan KTSP. Factor lain yang kurang mendukung diterapkannya KTSP secara maksimal adalah kualifikasi pendidikan para guru yang masih tamatan SPG dan D-II PGSD.

3.2 SARAN

Dari kesimpulan diatas maka penulis berusaha memberikan saran yang diharapkan dapat membantu program pelaksanaan KTSP dengan baik. Saran-saran tersebut antara lain:

1.   Lebih ditingkatkan lagi sosialisasi KTSP sehingga dapat meningkatkan SDM guru dan kepala sekolah sesuai dengan perkembangan IPTEK

2.   Penyediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan program KTSP.

3.   Perlu ditingkatkannya proses belajar mengajar yang menggunakan alat peraga dalam setiap pembelajaran khususnya mata pelajaran PKn tingkat SD.

 

Nara Sumber:

  • Kepala Sekolah SDN 07 Nanga Pinoh Kabupaten MelawiKalimantanBarat

Bpk. Martinus, A.Ma

  • Guru Mata Pelajaran PKn Kelas IV SDS Yos Sudarso Nanga Pinoh

Bpk. Damianus Agus, A.Md

  • Kepala Sekolah SDS Yos Sudarso Nanga Pinoh Kabupaten Melawi

Bpk. Yoseph Radjiman, S.Ag

 

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, Usman, dkk. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Edisi Pertama. Bina Aksara.Jakarta.

Panduan Lengkap KTSP. 2007.

Wahid, Aliaras, dkk. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Edisi Pertama. Graha Ilmu.JakartaBarat.

 

METODE INKUIRI

METODE INKUIRI
A. Pengertian Metode Inkuiri
Kata inkuiri juga sering dinamakan heuriskin yang berasala dari bahasa yunani, yang memiliki arti saya menemukan. Metode inkuiri berkaitan dengan aktifitas pencarian pengetahuan dan pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu sehingga siswa akan menjadi pemikir kreati yang mampu memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sabnjaya (2006 : 196) bahwa “metode inkuiri adalah sesuatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dsan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan”.
Sementara itu menurut Sagala (2004 : 34) yang mendefinisikan metode inkuiri sebagai berikut : “ metobe inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subyek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kretifitas dalam memecahkan masalah “.
Sedangkan peaget (Mulyasa, 2008 : 108) mendefinisikan metode inkuiri sebagai berikut : “ metode inkuiri adalah metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan exsperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.
Sedangkan menurut Aziz (2007 : 92) memiliki definisi lain mengenai pengertian metode inkuiri sebagaimana yang tertulis sebagai berikut : metode inkuiri adalah metode yang menetapka dan menuntut guru untuk membantu siswa untuk menentukan sendiri data, fakta, dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini berguna dalam menghadapi dan memmecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya.
Dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun exsperimen sehingga melatih siswa berkreatifitas dan dan berfikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada hakikatnya mampu menggunakan pengetanuannua tersebut dalam masalah yang dihadapinya.
Dalam penerapannya dalam bidang pendidikan, ada beberapa jenis metode inkuiri. Sabagaimana yang dikemukakan oleh Sund and Trowbridge (Mulyasa, 2006 : 109) bahwa :
Jenis-jenis metode inkuiri adalah sebagai berikut :
1. Inkuiri terpimpin (Guide inquiry)
Inkuiri terpimpin digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelakasanaannya, sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru dan para siswa tidak merumuskan permasalahan.
2. Inkuiri bebas (free inquiry)
Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaimana seorang ilmuan. Pada pengajaran ini, siswa harus dapat mengidentifikasikan dan nerunuskan berbagai topik permasalahan yanh hendak diselidiki. Metodenya adalah inquiry role appoach yang melibatkan siswa dalam kelompok tertentu., setiap anggota kelompok tuga, memiliki tugas sebagai, misalnya koordintor kelompok, pembimbing teknis, pencatat data, dan pengevaluasi proses.
3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified ee inquiry) pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atua problem dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.
B. Karakteristik Inkuiri
Menurut sanjaya (2006 : 197) ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam metode pembelajaran inkuiri, yaitu :
a. Metode inkuiri menekannkan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mancari dan menemukan. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pembelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi dari pembelajaran itu sendiri. Seluruh aktifittas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri ( self belief). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar melainkan sebagai fasilisator dan motivator belajar siswa.
b. Tujuan dari penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam metode inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pembelajaran, akan tetapi bagaiman mereka dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal.
C. Komponen-Komponen Metode Inkuiri
Metode pembelajaran inkuiri memiliki beberapa komponen. Sebagaimana yang dikemukakan Garbon (2005 : 23) bahwa : Pembelajaran dengan metode inkuiri memiliki 5 komponen yang umum yaitu :
1) Question : pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembukaan yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena.
2) Student Engangement : dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan dalam menciptakan sebuah produk dalam mempelajari suatu konsep.
3) Cooperative interaction : siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok dan mendiskusikan berbagai gagasanm
4) Performance Evaluation : dalam menjawab parmasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat suatu produksi yang dapat menggambarkan pengetahuannya yang sedang dipecahkan. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
5) Variety of resources : siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar. Misalnya buku teks, website, vidio, televisi, poster, wawancara dengan ahli dan lain sebagainya.
D. Prinsip-Prinsip Metode Inkuiri
Dalam pelaksanaan metode inkuiri dalam pembelajaran di kelas, ada beberpa prinsip-prinsip yang perlu menjadi fokus perhatian bagi seorang guru. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri diharapkan dapat terlaksana dengan maksimal sesuai dengan apa yaang telah direncanakan. Menurut Sanjaya (2006 : 199) ada beberpa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru dalam penggunaan metode inkuiri, yaitu :
a) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, metode ini selain beroriantasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Klarena itu kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuirir bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.
b) Prinsip interaksi
Pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru sebagai pengatur lingkungan yang mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c) Prinsip bertanya
Kemampuan guru dalam bertanya pada pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri sangat diperlukan. Sebab dengan memberikan pertanyaan kepada siswa akan melatih kemampuan berpikirnya. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan, baik bertanya untuk melacak maupun bertanya untuk menguji kemampuan.
d) Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek.
e) Prinsip keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Dalam metode inkuiri, tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesisnya dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
Berdasarkan pendapat diatas, maka seorang guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip tersebut sehingga pembelajaran yang telah dirancang untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas dapat berjalan secara optimal.
E. Langkah-Langkah Metode Inkuiri
Menurt sanjaya (2006 : 201) mengemukakan secara umum bahwa proses pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
 Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak untuk berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan metode inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktifitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.
 Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir dalam mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam metode inkuiri, siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Mengutip dari pendapat Sanjaya (2006 : 202) yang mengemukakan bahwa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya :
a. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Dengan demikian, guru hendaknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaiman rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.
b. Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung jawaban yang pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan maslah yang menurut guru jawabannya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.
c. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji melalui proses inkuiri, terlebih dahulu guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah neniliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.
 Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang di kaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji kebenarannya. Dalam langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang telah diberikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memberikan hipotesis adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat mengajukan jawaban sementara. Selain itu, kemampuan berpikir yang ada pada diri siswa akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap siswa yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
 Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data meliputi percodaan atau eksperimen. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
 Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan siswa. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
 Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan hal yang utama dalam pembelajaran, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak bi pecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapaikan kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
F. Kelebihan Dan Kekurangan Dari Metode Inkuiri
Metode inkuiri merupakan salah satu metode yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sebab metode inkuiri sebagai metode pembelajaran memiliki beberapa keunggulan. Sebaimana yang dikemukakan oleh sanjaya (2006 : 2008) bahwa metode inkuiri memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
• Kelebihan
a. Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
b. Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar meraka.
c. Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perudahan tingkah laku berkat adanya perubahan.
d. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
• Kekurangan
a. Jika metode inkuiri digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c. Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode inkuiri akan sulit diimplemintasikan oleh setiap guru.

Sedangkan menurut Trisno 2008 (www.eleaming –jogja,19-5-2009) ada beberapa kelebihan dan pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri.
• Kelebihan
a. Pengajaran berpusat pada diri pembelajar.
b. Dalam proses belajar inkuiri, pembelajar tidak hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri, pengendalian diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial secara terpadu.
c. Pengajaran inkuiri dapat membentuk self concept (konsep diri).
d. Dapat memberi waktu kepada pembelajar untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
e. Dapat menghindarkan pembelajar dari cara-cara belajar tradisional yang bersifat membosankan.
• Kelemahan
a. Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar
b. Kalau pendekatan inkuiri diterapkan dalam kelas dengan jumlah siswa yang besar, kemungkinan besar tidak berhasil
c. Siswa yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah dirancang guru, biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. Lebih-lebih kalau harus belajar mandiri.
d. Dampaknya dapat mengecewakan guru dan siswa sendiri.
e. Lebih mengutamakan dan mementingkan pengertian, sikap dan keterampilan memberi kesan terlalu idealis.
f. Ada kesan dananya terlalu banyak, lebih-lebih kalau penemuaannya kurang berhasil hanya merupakan suatu pemborosan belaka.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka guru hendaknya memperhatikan beberapa procedural dan memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai metode inkuiri sehingga segala kekurangan yang terdapat dalam metode ini dapat teratasi.

 

 

 

BUMIKU SAYANG BUMIKU MALANG

BUMIKU SAYANG BUMIKU MALANG

 

I                                                           

 

Narator:

Disebuah hutan, tampak beberapa pohon berdiri tegak, termasuk hewan-hewan Mereka menikmati sejuknya alam raya. Mereka pun meluapkan perasaan senangnya

 

Pohon I

Indahnya pagi ini. Aku bisa menikmati segarnya udara…

 

Pohon II

Aku juga. Lihat aku bergerak kesana-kemari terbawa hembusan angin.

 

Pohon Pinus

Asyik, asyik. Engkau telah membuat aku hidup hingga tumbuh jadi besar beginii…

 

Pohon Damar

Benar. Kita harus tetap menjaga bumi agar tetap subur dan asri

 

Narator

Disaat Pohon-pohon termasuk hewan-hewan menikmati harinya, mereka dikejutkan oleh kedatangan para penebang liar

 

Penebang I

Teman-teman, Sepertinya pohon pinus ini kayunya cukup bagus untuk ditebang

 

Penebang II

Pohon Damar ini juga bagus. Umurnya cukup tua dan besar

 

Penebang I

Tapi pinus lebih bagus

 

Penebang II    

Pohon damar yang lebih bagus

 

Penebang I     

Pinus

 

Penebang II

Damar

 

Penebang I

Pinus

 

Penebang II

Damar

 

Penebang I     

Pinus

 

Penebang II    

Damar

 

Penebang I     

Pinus

 

Penebang II    

Damar

 

Penebang I     

Pinuuussss……….

 

Penebang II    

Damaaaarrrrr…………

 

Penebang I     

Pinuuuuuuuuuuuuuuuuussssssssssssssss……….

 

Penebang II    

Damaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrr…………

 

Penebang I

Ya sudah…. ya sudah…. yang mana saja boleh, bukannya semua pohon-pohon disini kalau dijual bisa menghasilkan  uang banyak.

 

Penebang II             

Ya betul, ayo kita mulai tebang sekarang….

 

Pohon I dan II     

Bahaya menimpa kita…

 

Penebang I

Jadi pohon yang mana dulu nie yang kita tebang???

 

Penebang II  

Aku pilih pohon pinus….      

 

Para Penebang

Oke….Ayo kita tebang bersama-sama…Ayo, Kita habisi mereka !!!

 

Pohon I dan II

Jangan kalian tebang seenaknya. Hutan bisa gundul. Jangan salahkan kami bila nanti terjadi banjir… erosi… longsor…dan bencana alam lainnya akibat hutan yang gundul.

 

Narator: Para Penebang mulai menebang pohon dengan kampaknya.

 

Penebang I      :          

Aku akan tebang bagian tengahnya… Ayo semua tebang lebih kuat lagi.

 

Penebang  II          

Ayo tebang !!!

 

Penebang I dan II         

Satu…dua… tiga…

 

Pohon Pinus                 

duh sakit, sakit, sakit. Teman-teman… tolong aku. Aku sudah tidak kuat lagi…

 

Pohon Damar

Pohon pinus… bertahanlah…

 

Pohon Pinus

Aku sudah tidak kuat lagi menahannya. Selamat tinggal kawan-kawan… jagalah bumi kita…

(rubuh dan jatuh kebumi)

 

Pohon Damar     

Pohon ppppppiiiiiiiiinnuuuuuuuussssssssssss….

 

Penebang I dan II

Kita berhasil….

 

Narator:

Akhirnya, penebangan selesai. Pohon- pohon tergeletak ditanah.

 

Pohon Damar

Pohon pinus. Sungguh malang nasibmu pohon pinus.

 

Narator:

Setelah selasai, para penebang membawa kayu dengan cara dipanggul dan berjalan pulang meninggalkan hutan. Namun, diperjalanan mereka bertemu dengan seseorang yang sedang mencari rumput.

 

Pencari Rumput         

Hai, kalian berdua dari mana ?

 

Penebang I

(berbohong) Dari…, dari…

 

Pencari Rumput         

Dari menebang pohon ya…

 

Penebang II

Iya, sekalian mencari getah untuk dijadikan lem

 

Pencari Rumput

Menebang pohon dihutan itu kan dilarang ?

 

Penebang II

Kita cuma menebang sedikit kok.

Insert Musik suasana perseteruan

 

Penebang I

Iya. Kita cuma buat kayu bakar saja.

 

Pencari Rumput         

Meskipun sedikit, lama-lama juga nanti hutan kita jadi gundul. Kalau nanti hujan turun lebat, tanah bisa longsor dan banjir, lho !

 

Penebang I     

(Marah) Ah, bapak ikut campur saja. Inikan bukan urusanmu. Minggir, minggir, minggir !!!

 

Penebang II

Tauk nih. Jangan sok jadi pahlawan !!! (kemudian mendorong)

 

Ket: Para penebang pergi

 

Pencari Rumput

Jaman sudah edan. Bukannya bersyukur bumi kita ditumbuhi pepohonan…, eee malahan ditebangin. Dasar, orang-orang edan.

 

Narator

Si Pencari Rumput itu berlalu dengan perasaan kesal.

 

Musik : Suasana kesal

I

Narator:

Dibagian Hutan lainnya, tampak beberapa pohon berdiri tegak, termasuk hewan-hewan Mereka menikmati sejuknya alam raya. Tak lama kemudian, muncul dua orang sambil mengendap-endap berjalan menembus hutan.

 

Pembakar I     

Lihat… hutannya masih perawan, alias belum ada orang-orang yang menyentuhnya…

 

Pembakar II

Asyik, kita bisa membakar hutan sepuasnya.

 

Pembakar I

Kita bisa buka lahan seluas-luasnya.

 

Pohon Randu

Kawan-kawan, sepertinya ada orang-orang yang mau mengacau ditempat kita

 

Rusa Kecil

Bahaya menimpa kita…!!!

 

Pembakar I     

Dengarkan aku….

 

Pembakar I

Kita bagi tugas untuk melakukan pembakaran hutan ini. Aku, disekitar sini. Dan kamu di sebelah sana. Mengerti ?

 

Pembakar II

Mengerti…

 

Pembakar I      :

Setelah kalian melakukan pembakaran, segera tinggalkan hutan ini. nanti kita berkumpul lagi disini dua hari kemudian untuk memastikan, apakah hutan yang kita bakar telah hangus semuanya. Dengan begitu kita bisa membuka lahan untuk kita gunakan sebaik mungkin. Mengerti…?

 

Pembakar II

Mengerti…

 

Pembakar I

Ayo kita bakar…

 

Pembakar II

Yo ayo ayo bakar, kita bakar hutannya

Yo ayo ayo buka, kita buka lahannya

 

Pembakar I dan II

Nang senang senang, lakukan dengan tenang

La nyala nyala, nyalakan apinya…

 

Narator:

Setelah melakukan pembakaran, mereka meninggalkan hutan. Api yang menyala semakin lama semakin besar. Dan….Suasana berubah menegangkan. Para penghuni hutan berlarian kemana-mana sambil berteriak sekeras-kerasnya.

 

Hewan-hewan

Tolong, Tolong, Toloooooong…….!!!. Kebakaran. Panas, Panas.

 

Narator:

Seluruh Hewan yang ada berusaha menyelamatkan diri dari  peristiwa kebakaran. Api yang membesar telah melalap yang ada dihutan rimaba, termasuk hewan-hewan yang jadi penghuninya. Diantara hewan-hewan itu, ada beberapa yang berhasil selamat. Mereka adalah Rusa Cilik, Burung Hantu dan Ular.

 

RUSA CILIK

(Berlari terengah-engah dan menghampiri burung hantu) Assalamualaikum, Burung Hantu!

 

BURUNG HANTU  

Walaikum Salam, Rusa Cilik

 

RUSA CILIK

Kenapa kau terbang sendirian? Mana kawan-kawanmu? Apa Orang tuamu selamat? Apa rumahmu terbakar ? Apa kamu baik-baik saja? Apaaa…

 

BURUNG HANTU

Sabar, sabar, Rusa Cilik. Pertanyaannya satu persatu dong ! Aku jadi bingung jawabnya.

 

RUSA CILIK

Maaf tuan Burung Hantu ! Aku panik sekali. Jadi apa jawabanmu ?

 

BURUNG HANTU

Aku terbang sendirian karena aku takut dengan api yang menghanguskan tempat tinggalku. Dan aku tak tahu dimana kawan-kawanku semua?. Saat ini aku baik-baik saja. Begitu juga orang tuaku yang berhasil selamat. Kenapa kau tampak sedih? Bagaimana nasib orang tuamu ?

 

RUSA CILIK

(sedih) Hu…..hu…..hu….Aku terpisah dengan mereka dan Aku tak tahu mereka dimana…

 

BURUNG HANTU

Kenapa bisa begitu?

 

RUSA CILIK

Hu…..hu…..hu…. Hu…..hu…..hu….Ketika Api menghanguskan rumah kami, orang tua ku menyuruh aku pergi dan berkata keras padaku: Anakku, ayo lari …

Ayo lari …selamatkan diri…cari tempat berlindung.

Begitulah kata terakhir mereka.

 

Narator:

Datanglah seekor Ular

 

ULAR

Hai Rusa Cilik ! aku tadi melihat ayah dan ibumu dibawah pohon besar sana.

 

RUSA CILIK

Oh ya ! Mana ? Aku ingin menyusulnya.

 

ULAR

Orang tuamu ada didalam sana. Namun, pohon besar itu telah tumbang karena hangus terbakar dan……(Diam sejenak)

 

RUSA CILIK

Dan apa…?!!!

 

ULAR

Dan orang tuamu ada dibawah pohon itu. Mereka rupanya berlindung dibawah pohon tersebut. Aku telah memperingatkan mereka, namun belum selesai aku bicara, pohon itu jatuh menimpa mereka dan mereka pun ikut hangus terbakar. Maafkan aku Rusa Cilik.

 

RUSA CILIK

Tidaaaak……!!! Tidaaaak……!!!   Ayah! Ibu ! Jangan tinggalkan aku sendiri. Aku tak bisa apa-apa tanpa kalian. Apa yang harus aku lakukan sekarang. hu…hu…hu…… hu…hu…hu……

 

ULAR

Sudahlah, Jangan bersedih terus.

 

RUSA CILIK

hu…hu…hu…… hu…hu…hu…… hu…hu…hu……

 

ULAR

Mari kita selamatkan diri agar kita tidak bernasib seperti mereka.

 

RUSA CILIK

Tidaaa…k ! Aku mau menemui mereka. Kenapa harus terjadi  kebakaran ini ? hu…hu…hu. Gara-gara kebakaran ini rumahku terbakar, orang tuaku meninggal.  hu…hu…hu…… hu…hu…hu……

 

BURUNG HANTU  

Sabar ya ! Semoga Allah memberi tempat yang lebih baik di sana. Sabar ya…..

 

RUSA CILIK

Tidaaa…k ! Aku ingin menemui mereka.

 

ULAR

Sudahlah Rusa cilik, sebaiknya kita cari  tempat perlindungan yang lebih aman dulu karena disni sudah tidak aman lagi bagi kita.

 

BURUNG HANTU

Iya, ayo Rusa Cilik !

 

RUSA CILIK

Aku mau menemui mereka. hu…hu…hu…… hu…hu…hu……

 

ULAR

Sudahlah kawan. Bersedih lama-lama juga tidak ada gunanya. Lebih baik kita pikirkan langkah kita selanjutnya. Masa depan kita masih panjang…!

 

BURUNG HANTU

Iya betul yang dikatakan Ular, mari kita bersemangat untuk mencari tempat yang aman dan lebih baik.

 

ULAR

He’em, kita sambut hari esok yang lebih baik.

 

Narator:

Ketiga Hewan itu bersama-sama mencari tempat perlindungan.

 

BURUNG HANTU

Ayo Berangkat

 

Narator:

 Kemudian mereka berjalan menuju hutan terdekat yang tidak terbakar. Disana mereka bertemu dengan pohon damar. Mereka heran karena hutan itu sudah gundul, banyak sekali kayu yang ditumbang.

 

Burung hantu  : wahai pohon damar, mengapa di daerah sini banyak sekali teman-temanmu yang tumbang?

 

Pohon Damar  : iya, kemarin banyak sekali penebang pohon yang datang menebang teman-temanku. Padahal kami seharusnya bersama-sama menjaga bumi ini, kini kami tak dapat menjaga bumi secara bersama-sama lagi. Entah bagaimana nanti keadaan bumi tanpa kami

 

Babak baru :

Setelah waktu berjalan turunlah hujan yang sangat lebat di hutan itu.

Narator : sang rusa Kecil dan kawan- kawan memandang tempat hutan yang terbakar itu.

Rusa kecil  :hey teman-teman coba lihat sepertinya dihutan itu terjadi hujan yang sangat lebat, ayo coba lihat apa yang akan terjadi sebentar lagi…

Ular : pasti yang terjadi sebentar lagi banjir yang sangat besar sekali….

Burung hantu : iya benar psti sebentar lagi akan terjadi banjir yang sangat besar, karena akibat ulah manusia yang serakah yang telah me3mbakar tmpat tinggal kita semua….

Rusa kecil : benar sekali tapi biarkan sajalah mereka mendapatkan akibatnya sendiri atas keserakahannya itu. Karena keserakahannya itu Allah  menurunkan hujan yang sangat lebat agar mereka tau rasa  bagaimana kehilangan rasanya terkena musibah atas keserakahannya sendiri.

 

Narator : akhirnya terjadilah banjir yang sangat lebat diperkampungan itu dan para masyarakat berlarian mencari tempat perlindungan…….

 

 

 

CARA MENDIDIK ANAK YANG BAIK

CARA MENDIDIK ANAK YANG BAIK

Bagaimana cara mendidik anak yang baik? Banyak orang tua mengeluh dengan keadaan zaman yang jungkir balik seperti saat ini, dikarenakan itu berimbas pada anak-anaknya yang mengikuti keadaan tersebut jikalau mereka tidak benar-benar mendidiknya dengan baik dan benar. Cara Mendidik Anak Yang Baik Orang tua adalah sopir bagi anak-anaknya, anak disini tergambar seperti penumpang yang terserah si sopir dibawa kemana dan diarahkan kemana, anak seperti kertas putih yang dengan lugunya mau dicoret hitam, merah atau kuning, anak disini seperti kayu yang nantinya akan dibentuk menjadi kursi, meja, pintu dan sebagainya.Cara Mendidik Anak Yang Baik Supaya Menjadi Anak Yang Sholeh Dan Solehah, ikuti langkah-langkah di bawah ini.

CARA MENDIDIK ANAK YANG BAIK

Maka dari itu fungsi orang tua disini sangat penting bagi pembentuk kepribadian si anak. lalu bagaimana kita supaya anak-anak kita menjadi anak yang baik, sopan santun dan saleh, salehah? mari kita ikuti pembahasan dibawah ini, Bagaimana cara mendidik anak yang baik:

1. Boleh percaya boleh tidak, makanan sangat berpengaruh bagi anak. Pengaruh dalam arti bagi pertumbuhan fisik dan non fisik (rohaninya), dalam artian non fisik disini kita berbicara masalah mental si anak. Dalam islam mengajarkan orang tua untuk selalu memberikan makan yang baik (halal dan bergizi). Jangan sampai anak kita mengkonsumsi makanan yang kita dapatkan dari hasil yang tidak baik, mencuri, korupsi dan lain-lain. Apabila sudah kita lakukan hal tersebut maka dasar mendidik anak sudah kita selami. Ingat juga ini sangat penting, saat kita proses membuat anak jangan lupa kalau kita berniat baik (bukan nafsu setan yang menggerayangi otak kita), berdoa dulu supaya diberikan keturunan yang soleh dan solehah. Lalu ketika sudah dalam proses mengandung selalu bacakan ayat-ayat suci al-Quran. itulah dasaran-dasaran yang kadang kita anggap remeh, padahl hal tersebut sangat penting bagi si anak itu sendiri. Proses mendidik anak dimulai saat bayi (dari anak lahir), kita langsung dendangkan suara adzan ditelinga kanannya, karena dengan suara adzan tersebut mengandung arti yang sangat baik, diawali dengan dendangan yang baik. Biarkan anak itu menangis sekeras-kerasnya, dikarenakan menurut ilmu kedokteran itu merupakan proses penguatan jantung si anak.

2. Ketika anak berumur 1-2 tahun, Ajari dengan perkataan-perkataan yang baik, sehingga anak dapat menyerap hal tersebut lambat tahun. dan yang terpenting jangan ada kata-kata bentakan untuk anak, JANGAN NAKAL!, NANTI SAYA PUKUL YA!!!!, itu membuat sianak menjadi takut kepada kita dan berdampak buruk nantinya. Selalu buat dia senyaman mungkin dengan kita, dengan lingkungan kita, dengan suasana yang kita ciptakan, itu sangat membatu sekali buat si anak.

cara mendidik anak menjadi anak sholeh-solehah

3. Dan ketika anak berumur sekitar 3-5 tahun ajari dengan disiplin waktu, disiplin tempat dan disiplin menghargai kita, mengapa demikian?, karena sianak pada usia tersebut sudah bisa menyimpan banyak hal di memori akalnya, ajari untuk selalu tepat makannya, tidurnya, tidak boleh membentak atau semacamnya kepada kita. dan itu kita lakukan dengan sabar dan memang tidak mudah. Jika kita bisa mengkondisikan anak seperti itu maka kita tidak akan kesulitian ketahap selanjutnya, dan ingat hal terpenting, JANGAN sampai memaksakan sianak, apabila perintah kita masih dibantanya jangan sampai kita membentak atau memukulnya, cukup dengan tersenyum dan mengulanginya.

4. Ketika anak berusia 7 tahun keatas, pada fase ini kita boleh memberikan hukuman pada si anak secara fisik (mencubit atau menjewer kupingnya dengan sayang bukan dengan emosi), memang hal tersebut tidak baik, tetapi kalau memang si anak sudah terlampau jauh tidak hormatnya kepada kita. Dalam pembentukan kedisiplinan hukuman sah-sah saja dilakuakan asal dalam taraf wajar, tidak berlebihan. Tujuan kita adalah mendidik bukan menyiksa si anak.

5. Ajari si anak rasa tanggung jawab itu ketika mereka berumur 10 tahun, tanggung jawab atas pekerjaan mereka, PR, Shalat 5 waktu, membantu orang tua dalam hal rumah tangga dan lain sebagainya. jangan selalu menyuruh mereka, ajari mereka kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan sekitar seperti membuang sampah pada tempatnya dan lain sebagainya.

Pemahaman dan pembelajaran terhadap anak yang dini saat kecil sangat penting sekali dari pada sudah dewasa, maka dari itu jangan salah mengajarkan sesuatu kepada anak kita, khususnya hal yang tidak baik, kare itu akan menghasilkan benih-benih yang tidak baik, selamat mencoba, semoga bermanfaat bagi bloger semuanya, bagaimana cara mendidik anak dengan baik?, terimakasih

PERCOBAAN AYUNAN SEDERHANA

PERCOBAAN AYUNAN SEDERHANA

A. TUJUAN

1. Untuk menghitung periode ( T ) ayunan
2. Untuk menghiting percepatan gravitasi bumi (g)

B. DASAR TEORI

Ayunan sederhana adalah suatu sistam yang terdiri dari sebuah massa titik yang digantung dengan tali tanpa massa dan tidak dapat mulur.jika ayunan ini ditarik ke samping dari posisi setimbang, dan kemudian dilepaskan,maka massa m akan berayun dalam bidang vertikal ke bawah pengaruh gravitasi.Gerak ini adalah gerak osilasi dan periodik.
Untuk menghitung periode ayunan :

T = periode (s)
l = panjang tali (m)
g = gravitasi (m/s2)
ƒ = frekuensi ( Hz )

Periode adalah waktu yang dibentuk untuk melakukan satu kali gerak bolak balik A-B-C-B-A pada gambar.

g = 4π2l/T2

C. ALAT DAN BAHAN

1. Bandul
2. Tali
3. Statif
4. Busur dan penggaris

D. LANGKAH KERJA

1. Memasang bandul pada statif,dengan panjang tali kurang lebih 40 cm.
2. Simpangkan bandul kurang lebih bersudut 10o, lalu biarkan berayun sambil menghitung waktu dengan stopwatch untuk 5 kali ayunan
3. Mengulangi hingga 3 kali
4. Mengulangi untuk 10 ayunan dan 15 ayunan hingga 3 kali.

E. TABEL PENGAMATAN

NO Panjang Tali (L) Banyaknya Ayunan (n) Waktu (t) Periode (T) = t/n Percepatan Gravitasi (g) Rata-rata Percepatan Gravitasi (g)
1 40 cm 5 07.09 1.418 7,84 m/s2 8,42 m/s2
2 07.26 1.452 7,48 m/s2
3 06.86 1.372 8,37 m/s2
4 10 13.77 1.377 8,31 m/s2
5 13.77 1.377 8,31 m/s2
6 13.38 1.338 8,81 m/s2
7 15 19.69 1.312 9,16 m/s2
8 20.19 1.346 8,70 m/s2
9 20.07 1.338 8,81 m/s2

F. PEMBAHASAN

a. PERTANYAAN

1. Hitung periode getaran!
2. Hitung percepatan gravitasi bumi!
3. Hitung rata-rata percepatan gravitasi bumi!

b. JAWABAN

1. T1 = t/n
= 07.09 / 5
= 1,418 s
T2 = t/n
= 07.26 / 5
= 1,452 s
T3 = t/n
= 06.86 / 5
= 1,372 s
T4 = t/n
= 13.77 / 10
=1,377 s
T5 = t/n
= 13.77 /10
= 1,377 s
T6 = t/n
= 13,38 /10
= 1,338 s
T7 = t/n
= 19.69 / 15
= 1,312 s
T8 = t/n
= 20.19 / 15
= 1,346 s
T9 = t/n
= 20.07 /15
= 1,338 s
2. Percepatan gravitasi bumi

g1 = 4π2l/T2
= 4. (3,14)2. 0,4 / (1,418)2
=7,84 m/s2

g2 = 4π2l/T2
= 4. (3,14)2. 0.4 / (1,452)2
= 7,48 m/s2
g3 = 4π2l/T2

= 4. (3,14)2. 0,4 / (1,372)2
= 8,37 m/s2
g4 = 4π2l/T2
= 4. (3,14)2. 0,4 / (1,377)2
= 8,31 m/s2
g5 = 4π2l/T2
= 4. (3,14)2. 0,4 / (1,377)2
= 8,31 m/s2
g6 = 4π2l/T2
= 4. (3,14)2. 0,4 / (1,338)2
= 8,81 m/s2
g7 = 4π2l/T2
= 4. (3,14)2. 0,4 / (1,312)2
= 9,16 m/s2
g8 = 4π2l/T2
= 4. (3,14)2. 0,4 / (1,346)2
= 8,70 m/s2
g9 = 4π2l/T2
= 4. (3,14)2. 0,4 / (1,338)2
= 8,81 m/s2

3. Rata-rata percepatan gravitasi bumi
grata-rata = g1 + g2 + g3 + g4 + g5 + g6 + g7 + g8 + g9
9
= 7,84 + 7,48 + 8,37 + 8,31 + 8,31 + 8,81 + 9,16 + 8,70 + 8,81
9
= 8,42 m/s2

G. KESIMPULAN

Pada panjang tali yang sama, semakin banyak ayunan, waktu yang diperlukan juga semakin lama dan percepatan gravitasinya tergantung pada periode dan panjang tali.

 

 

 

PERCOBAAN DISPERSI CAHAYA

A. TUJUAN

1. Untuk mengetahui letak bayangan pada prisma
2. Untuk mengetahui sudut disperse
3. Untuk mengetahui jalannya sinar pada prisma

B. DASAR TEORI

Prisma adalah benda bening yang terbuat dari gelas yang dibatasi oleh dua bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu.
Ada 2 macam prisma yaiu:
• Prisma siku-siku sama kaki yang bersudut 900 dan 450
• Prisma sama sisi yang bersudut 600
Jalannya sinar pembiasan pada prisma :
δ (sudut deviasi) adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan dari perpanjangan sinar bias yang meninggalkan prisma.besar sudut deviasi (δ) dapat dihitung dari persamaan:

Keterangan:
δ = sudut deviasi
i1 = sudut sinar datang
r2 = sudut sinar bias yang keluar dari prisma
β = sudut pembiasan prisma

C. ALAT DAN BAHAN

1. Kertas kuarto
2. Kaca prisma
3. Jarum pentul
4. Busur

D. LANGKAH KERJA

1. Meletakkan lensa prisma di kertas kuarto dan membuat blok prrisma
2. Menancapkan 2 jarum pentul di depan lensa prisma dengan tempat sembarang
3. Menancapkan lagi 2 jarum pentul di sisi yang lain sehingga keempat jarum pentul tersebut membentuk satu garis lurus
4. Melepaskan lensa prisma dan jarum pentul
5. Membuat garis dari 2 jarum pentul di sisi yang sama dan membuat garis normal
6. Mengukur sudut datangnya ( i ) dan sudut bias ( r ) serta sudut bias yang keluar dari     lensa ( r’ )
7. Mengukur sudut dispersinya (d )
8. Mencatat hasil pengamatan.

E. TABEL PENGAMATAN

No I r i’ r’ d
1 46 54 42
2 50 49 41

F. PEMBAHASAN

a. PERTANYAAN

1. Hitunglah sudut disprsi dengan rumus d = i + r – 60o!
2. Bandingkan d hasil pengamatan dengan d hasil perhitungan!

b. JAWABAN

1. Sudut dispersi
d = i + r – 60o
= 46o + 54o – 60o
= 40o
d = i + r – 60o
= 50o + 49o – 60o
= 39o
2. Untuk data 1:
d hasil pengamatan bersudut 42o sedangkan d hasil perhitungan bersudut 40o
untuk data 2:
d hasil pengamatan bersudut 41o sedangkan d hasil perhitungan bersudut 39o
3. Sudut disperse hasil pengamatan dan hasil perhitungan tidak sama, hal ini disebabkan karena penentuan letak bayangan yang kurang tepat, dan dalam mengukur kurang teliti.

G. KESIMPULAN

Dari percobaan disperse cahaya yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kita dapat mengetahui letak bayangan, jalannyan sinar, dan sudut disperse pada prisma. Untuk menghitung sudut disperse pada kaca prisma dengan menjumlah sudut datang ( i ) dan sudut bias ( r ) dikurangi sudut pembias prisma ( α ).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PERCOBAAN KESETIMBANGAN

A. TUJUAN

Untuk mengetahui kesetimbangan benda

B. DASAR TEORI

Kesetimbangan adalah keadaan tak bergerak atau keadaan bergerak lurus beraturan.
τ = ∑ F. ℓ
Dua syarat penting kesetimbangan benda yaitu :
Translasi : ∑fx = 0 dan ∑fy = 0
Macam – macam kesetimbangan :

1. Kesetimbangan stabil
Kesetimbangan stabil adalah kesetimbangan benda yang mantap. Pada kesetimbangan stabil jika suatu benda diberi gangguan lalu gangguan tersebut dihilangkan maka benda akan kembali ke posisi semula.kesetimbangan stabil ditandai dengan naiknya titik suatu benda diganggu.
2. Kesetimbanga labil
Kesetimbangan labil adalah kesetimbanagan benda yang jika gangguan dihilangkan, benda tidak kembali ke kedudukan semula, tetapi mengalami perubahan kedudukan. Kesetimbangan labil ditandai dengan turunnya titik berat suatu benda diganggu.
3. Keseimbangan indenferensi ( netral )
Kesetimbangan indenferensi adalah kesetimbangan benda yang jika pada benda dilakukan gangguan, maka titik berat benda selalu terdapat dalam satu garis lurus. Kesetimbangan netral ditandai dengan tidak berubahnya ketinggian titik benda walaupun ada gangguan pada benda.

C. ALAT DAN BAHAN

1. 1 set timbangan
2. Beban

D. LANGKAH KERJA

1. Menyiapkan set timbangan
2. Meletakkan beban pada lengan timbangan
3. Menimbang beban sampai lengan kiri dan kanan seimbang
4. Melakukan pada beban yang lain
5. Memasukkan data ke dalam table

E. TABEL PENGAMATAN

NO LENGAN KIRI LENGAN KANAN
M1 ℓ1 M2 ℓ2
1 30 1 10 3
2 20 2 10 4
3 20 6 30 4

F. PEMBAHASAN

τ1 = τ2
M1. ℓ1 = M2. ℓ2
30. 1 = 10. 3
30 = 30

τ1 = τ2
M1. ℓ1 = M2. ℓ2
20. 2 = 10. 4
40 = 40

τ1 = τ2
M1. ℓ1 = M2. ℓ2
20. 6 = 30. 4
120 = 120

G. KESIMPULAN

Jika lengannya pendek maka bebannya berat, sebaliknya jika lengannya panjang maka bebannya ringan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Percobaan Pemantulan Cermin Cekung (Konkaf)

A. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bayangan hasil pemantulan
2. Untuk mengetahui focus cermin
3. Untuk mengetahui sifat-sifat bayangan

B. DASAR TEORI

Cermin cekung adalah cermin dimana bagian yang memantulkan cahaya, permukaannya berupa cekungan, dan berupa bagian dalam dari sebuah bola.

1. Ciri-ciri cermin cekung

a. Melengkung ke dalam
b. Bagian pinggirnya tebal,sedangkan bagian tengahnya tipis
c. Dapat mengumpulkan berkas sinar
d. Titik kumpulnya disebut titik focus yang bernilai positif
e. Memiliki sinar istimewa

2. Menentukan sifat bayangan pada cermin cekung

a. Benda berada di ruang III bayangannya di ruang II
Sifat bayangannya: Nyata, terbalik, diperkecil
b. Benda berada di ruang II bayangannya di ruang III
Sifat bayangannya: Nyata, terbalik, diperbesar
c. Sifat bayangan yang terbentuk dari cermin cekung yang bendanya terletak di ruang I,bayangan benda di ruang IV, sifatnya adalah maya, tegak, diperbesar.
d. Sifat bayangan yang terbentuk dari cermin cekung yang bendanya terletak tepat di titik pusat kelengkungan cermin (M) adalah nyata, terbalik, tinggi bayangan sama dengan benda,dan terletak pada pusat kelengkungan cermin (M).
e. Sifat bayangan yang terbentuk dari cermin cekung yang bendanya terletak tepat di titik focus (F) adalah tak hingga, sebab sinar pemantulannya tidak berpotongan.

3. Rumus cermin cekung

f = R/2
1/f = 1/S + 1/S’
M = h’/h = S’/S
f = focus
R = jari-jari kelengkungan
S = jarak benda
S’ = jarak bayangan
M = perbesaran
h = tinggi benda
h’= tinggi bayangan

C. ALAT DAN BAHAN

1. Cermin cekung
2. Meja optic dan perangkatnya
3. Lilin dan korek api

D. LANGKAH KERJA

1. Menyiapkan cermin dan seperangkat meja optic
2. Mengatur posisi cermin dan lilin seperti pada gambar
3. Menyalakan lilin,meletakkan di depan cermin pada jarak S = tak hingga,dan mencari bayangannya
4. Mengukur jarak bayangan (S’),dan mengamati sifat bayangannya
5. Mengulangi untuk S = 30 cm, 40 cm, 50 cm,
6. Memasukkan data ke dalam table

E. TABEL PENGAMATAN

NO S S’ percobaan S’ perhitungan F
1 Tak hingga 10 cm 10 cm
2 30 cm 15 cm 15 cm 10 cm
3 40 cm 13 cm 13.3 cm 10 cm
4 50 cm 11 cm 12.5 cm 10 cm

F. PEMBAHASAN

a. PERTANYAAN
1. Tentukan focus cermin (S = tak hingga)
2. Tentukan letak bayangan dengan menggunakan rumus 1/S + 1/S’ = 1/f
3. Bagaimana sifat-sifat bayangan?
4. Jika letak benda semakin diletakkan ke cermin bagaimana sifat bayangan?
5. Jika letak benda semakin dijauhkan dari cermin bagaimana sifat bayangan?

b. JAWABAN
1. Menentukan focus cermin (S = tak hingga)
1/f = 1/S + 1/S’
= 1/∞ + 1/10
= 0 + 1/10
= 10 cm
2. Menentukan letak bayangan dengan rumus 1/S + 1/S’ = 1/f

1/S’ = 1/f – 1/S
= 1/10 – 1/30
= 15 cm
1/S’ = 1/f – 1/S
= 1/10 – 1/40
= 13.3 cm
1/S’ = 1/f – 1/S
= 1/10 – 1/50
= 12.5 cm
1/S’ = 1/f – 1/S
= 1/10 – 1/100
= 11.1 cm

3. Sifat – sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cekung adalah :

a. Jika benda berada di ruang III, bayangan di ruang II, maka sifat bayangannya adalah nyata, terbalik, diperbesar
b. Jika benda berada di ruang II,bayangan di ruang III, maka sifat bayangannya adalah nyata, terbalik, diperbesar
c. Jika benda berada di ruang I, bayangannya berada di ruang IV, maka sifat bayangannya adalah maya, tegak, dan diperbesar
d. Jika benda berada di R,maka sifat bayangan yang terbentuk adalah nyata, terbalik, dan sama besar

4. Jika letak benda semakin didekatkan ke cermin maka sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tegak,dan diperbesar

5. Jika letak benda semakin dijauhkan dari cermin maka sifat bayangan yang terbentuk adalah tak terhingga sebab sinar pemantulannya tidak berpotongan.

G. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa focus cermin adalah 10 cm. Jika jarak benda semakin jauh maka jarak bayangan semakin kecil.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Percobaan Pembiasan Pada Lensa Cembung (Bikonvek)

A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bayangan hasil pembiasan
2. Untuk mengetahui focus cermin
3. Untuk mengetahui sifat-sifat bayangan

B. DASAR TEORI

Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung.Lensa cembung berbentuk tebal dibagian tengahnya dan tipis di bagian tepinya.Lensa cembung disebut juga lensa konvergen atau konveks atau positif.
1. Bentuk- bentuk lensa cembung
1) Bikonveks atau cembung- cembung (cembung rangkap)
2) Plan – konveks atau cembung datar
3) Konkaf – konveks atau cembung cekung
2. Ciri – ciri lensa cembung
a. Mengumpulkan cahaya (konvergen)
b. Fokusnya bernilai positif (+)
3. Melukis bayangan benda pada lensa cembung
a. Benda di ruang III (di belakang titik M )
Sifat bayangannya: nyata,terbalik,diperkecil
b. Benda di ruang II ( antara F – M)
Sifat bayangannya: nyata, terbalik, diperbesar
c. Benda di ruang I
Sifat bayangannya: maya, tegak, diperbesar
4. Rumus lensa cembung
f = R/2
1/f = 1/so + 1/s’
m = si/so = hi/ho
keterangan:
f = focus atau titik api
R = jari-jari atau pusat kelengkungan
So = jarak benda
Si = jarak bayangan
M = perbesaran
ho = tinggi benda
hi = tinggi bayangan

C. ALAT DAN BAHAN

1. Lensa cembung
2. Meja optic dan perangkatnya
3. Lilin dan korek api

D. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan lensa dan seperangkat meja optic
2. Mengatur posisi lensa dan lilin seperti pada gambar

3. Menyalakan lilin dan meletakkan di depan lensa pada jarak S =tak hingga,kemudian mencari bayangannya
4. Mengukur jarak bayangan (S’),dan mengamati sifat bayangannya
5. Mengulangi untuk S = 30 cm,40 cm, 50 cm
6. Memasukkan data ke dalam table

E. TABEL PENGAMATAN

NO S S’ percobaan S’ perhitungan F
1 Tak hingga 15 cm 15 cm
2 30 cm 27,5 cm 30 cm 15 cm
3 50 cm 21 cm 21,4 cm 15 cm
4 100 cm 17 cm 17,6 cm 15 cm

F. PEMBAHASAN

a. PERTANYAAN

1. Tentukan focus lensa (pada S = tak hingga)
2. Tentukan letak bayangan dengan menggunakan rumus 1/S + 1/S’ = 1/f
3. Bandingkan hasil pengamatan dengan hasil perhitungan
4. Bagaimana sifat-sifat bayangan?
5. Jika letak benda semakin didekatkan ke lensa bagaimana sifat bayangan?
6. Jika letak benda semakin dijauhkan dari lensa bagaimana sifat bayangan?

b. JAWABAN

1. Menentukan focus lensa (pada S = tak hingga)
1/f = 1/S + 1/S’
= 1/15 + 1/∞
= 1/15 + 0
= 15 cm
2. Menentukan letak bayangan dengan menggunakan rumus 1/S + 1/S’ = 1/f

1/S’ = 1/f – 1/S
= 1/15 – 1/30
= 30 cm
1/S’ = 1/f – 1/S
= 1/15 – 1/50
= 21.4 cm

1/S’ = 1/f – 1/S
= 1/15 – 1/100
= 17.6 cm

3. Perbandingan hasil pengamatan dengan perhitungan
% kesalahan = (30 – 27.5 / 30). 100 %
= 8.3 %
% kesalahan = (21.4 – 21 / 21.4). 100 %
= 1.8 %
% kesalahan = (17.6 – 17 / 17.6). 100 %
= 3.4 %
Dari hasil pengamatan dan hasil perhitungan tidak sama karena dalam percobaan kurang teliti dalam menentukan jarak bayangan.
4. Sifat- sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung adalah:
a. Jika benda berada di ruang III, maka sifat bayangannya adalah nyata, terbalik, diperkecil
b. Jika benda di ruang II,maka sifat bayangannya adalah nyata, terbalik, diperbesar
c. Jika benda di ruang I, maka sifat bayanannya adalah maya, tegak, diperbesar
5. Jika letak benda semakin didekatkan ke lensa maka sifat bayangan yang terjadi adalah maya (karena terletak di depan lensa), tegak, dan diperbesar
6. Jika letak benda semakin dijauhkan dari lensa maka sifat bayangan yang terbentuk adalah nyata (karena erletak di belakang lensa), terbalik, dan diperkecil.

G. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa jarak focus cermin adalah 15 cm.Jika jarak benda semakin jauh maka jarak bayangan semakin kecil

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PERCOBAAN DISPERSI CAHAYA

A. TUJUAN

1. Untuk mengetahui letak bayangan pada prisma
2. Untuk mengetahui sudut disperse
3. Untuk mengetahui jalannya sinar pada prisma

B. DASAR TEORI

Prisma adalah benda bening yang terbuat dari gelas yang dibatasi oleh dua bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu.
Ada 2 macam prisma yaiu:
• Prisma siku-siku sama kaki yang bersudut 900 dan 450
• Prisma sama sisi yang bersudut 600
Jalannya sinar pembiasan pada prisma :
δ (sudut deviasi) adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan dari perpanjangan sinar bias yang meninggalkan prisma.besar sudut deviasi (δ) dapat dihitung dari persamaan:
Keterangan:
δ = sudut deviasi
i1 = sudut sinar datang
r2 = sudut sinar bias yang keluar dari prisma
β = sudut pembiasan prisma

C. ALAT DAN BAHAN

1. Kertas kuarto
2. Kaca prisma
3. Jarum pentul
4. Busur

D. LANGKAH KERJA

1. Meletakkan lensa prisma di kertas kuarto dan membuat blok prrisma
2. Menancapkan 2 jarum pentul di depan lensa prisma dengan tempat sembarang
3. Menancapkan lagi 2 jarum pentul di sisi yang lain sehingga keempat jarum pentul tersebut membentuk satu garis lurus
4. Melepaskan lensa prisma dan jarum pentul
5. Membuat garis dari 2 jarum pentul di sisi yang sama dan membuat garis normal
6. Mengukur sudut datangnya ( i ) dan sudut bias ( r ) serta sudut bias yang keluar dari lensa ( r’ )
7. Mengukur sudut dispersinya (d )
8. Mencatat hasil pengamatan.

 

E. TABEL PENGAMATAN
No I r i’ r’ d
1 46 54 42
2 50 49 41

F. PEMBAHASAN

a. PERTANYAAN

1. Hitunglah sudut disprsi dengan rumus d = i + r – 60o!
2. Bandingkan d hasil pengamatan dengan d hasil perhitungan!

b. JAWABAN

1. Sudut dispersi
d = i + r – 60o
= 46o + 54o – 60o
= 40o
d = i + r – 60o
= 50o + 49o – 60o
= 39o
2. Untuk data 1:
d hasil pengamatan bersudut 42o sedangkan d hasil perhitungan bersudut 40o
untuk data 2:
d hasil pengamatan bersudut 41o sedangkan d hasil perhitungan bersudut 39o
3. Sudut disperse hasil pengamatan dan hasil perhitungan tidak sama, hal ini disebabkan karena penentuan letak bayangan yang kurang tepat, dan dalam mengukur kurang teliti.

G. KESIMPULAN

Dari percobaan disperse cahaya yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kita dapat mengetahui letak bayangan, jalannyan sinar, dan sudut disperse pada prisma. Untuk menghitung sudut disperse pada kaca prisma dengan menjumlah sudut datang ( i ) dan sudut bias ( r ) dikurangi sudut pembias prisma ( α ).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PERCOBAAN ATWOOD

  1. TUJUAN

1. Untuk mengetahui percepatan benda jatuh
2. Untuk mengetahui percepatan gravitasi bumi

B. DASAR TEORI

a. Gerak Lurus Beratran (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda dengan kecepatan tetap. Kecepatan tetap adalah sebuah benda menempuh jarak yang sama untuk selang waktu yang sama, sehingga perpindahan da[pat diganti dengan jarak dan kecepatan tetap dapat diganti dengan kelajuan tetap. Maka gerak lurus beraturan dapat juga didefinisikan sebagai gerak suatu benda pada lintasan lurus dengan kecepatan tetap.
(v) kecepatan (s) (cm)

0 t (waktu) 0 t (s)
(a) (b)

Keterangan:
(a) Grafik v – t berbentuk garis lurus horizontal yang sejajar sumbu waktu
(b) Grafik s – t kecepatan selalu tetap.
Berdasarkan grafik (a) maka untuk mengetahui jarak yang ditempuh benda adalah sama dengan luas bidang yang diarsir. Secara matematis dapat ditulis :
s = v.t
s = luas persegi panjang
s = jarak yang ditempuh (m)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu (s)
jika benda bergerak pada kedudukan xo dan berakhir pada kedudukan x pada waktu to dan berakhir pada waktu t, maka :
v = ∆x / ∆t atau ∆x = v. t
jika to = 0 maka x – xo = v. t atau x = xo + v.t
keterangan:
x =kedudukan akhir (m)
xo = kedudukan awal (m)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu (s)

b. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan dapat didefinisikan sebagai gerak suatu benfda pada lintasan garis lurus dengan percepatan tetap. Percepatan tetap adalah besar maupun arahnya teta, serta mengalami perubahan kecepatan secara teratur.secara matematis dapat ditulis:
a = ∆v/∆t
keterangan:
a = percepatan (m/s2)
∆v = v – vo = perubahan kecepatan (m/s)
∆t = t – to = selang waktu (s)
Persamaan – persamaan pada GLBB
1. v = vo + at
2. s = vo t +1/2 at2
3. v2 = vo2 + 2as
keterangan:
v = kecepatan sesaat t
vo = kecepatan awal
a = percepatan
t = waktu
s = jarak

• jika a positif maka GLBB dipercepat
• jika a negative maka GLBB diperlambat
• pada gerak jatuh bebas a = g dan vo = 0
• pada gerak dilempar vertikal ke atas a = g

C. ALAT DAN BAHAN

1. Beban 50 gr, 20 gr, 10 gr
2. Benang
3. Katrol
4. Paku
5. Pencatat waktu / stopwatch

D. LANGKAH PERCOBAAN

1. Menyiapkan alat seperti gambar dengan beban m1 = m2 = 50 gr, dan mengamati posisi benda dalam keadaan seimbang
2. Menambahkan 20 gr pada m2, lalu menarik m1 hingga menyentuh tanah
3. Mengukur ketinggian m2 dari tanah
4. Melepaskan m1 dan membiarkan m2 jatuh menyentuh tanah serta mencatat waktu untuk menyentuh tanah
5. Mengulangi langah 1-4 untuk tambahan beban yang berbeda-beda (3x)
6. Mencatat hasil pengamatan ke dalam table pengamatan

E. TABEL PENGAMATAN

m1 (gram) m2 (gram) M tambahan Waktu jatuh h (cm) a (m/s2) g (m/s2)
50 50 20 01.44 99 0.47 2.93
50 50 30 01.02 106 0.01 4.39
50 50 40 01.02 102 0.98 3.5
100 100 20 02.42 106 0.18 2
100 100 30 02.75 110 0.14 1.07
100 100 50 01.29 108 0.64 3.2

F. PEMBAHASAN

a. Pertanyaan
1. Hitunglah besar percepatan
2. Hitunglah besarnya g
3. Bagaimana kesimpulan saudara
b. Jawaban
1. Menghitung percepatan
a1 = h/t2
a1 = 0.99 m / (1.44 s)2
= 0.99 m / 2.07 s2
= 0.47 m/s2

a2 = h/t2
a2 = 1.06 m / (1.02 s)2
= 1.06 m / 1.04 s2
= 1.01 m/s2

a3 = h/t2
a3 = 1.02 m / (1.02 s)2
= 1.02 m / 1.04 s2
= 0.98 m/s2

a4 = h/t2
a4 = 1.06 m / (2.42 s)2
= 1.06 m / 5.85 s2
= 0.18 m/s2

a5 = h/t2
a5 = 1.10 m / (2.75 s)2
= 0.99 m / 7.56 s2
= 0.14 m/s2

a6 = h/t2
a6 = 1.08 m / (1.29 s)2
= 1.08 m / 1.67 s2
= 0.64 m/s2

2. Menghitung besarnya g

a1 = (m2 – m1) g / m1 + m2
0.47 = (70 – 50) g / 50 + 70
0.47 = 20 g / 120
g = 0.47 / 0.16
g = 2.93 m/s2

a2 = (m2 – m1) g / m1 + m2
1.01 = (80 – 50) g / 50 + 80
1.01 = 30 g / 130
g = 1.01 / 0.23
g = 4.39 m/s2

a3 = (m2 – m1) g / m1 + m2
0.98 = (90 – 50) g / 50 + 90
0.98 = 40 g / 140
g = 0.98 / 0.28
g = 3.5 m/s2

a4 = (m2 – m1) g / m1 + m2
0.18 = (120 – 100) g / 100 + 120
0.18 = 20 g / 220
g = 0.18 / 0.09
g = 2 m/s2

a5 = (m2 – m1) g / m1 + m2
014 = (130 – 100) g / 100 + 130
0.14 = 30 g / 230
g = 0.14 / 0.13
g = 1.07 m/s2

a6 = (m2 – m1) g / m1 + m2
0.64 = (150 – 100) g / 100 + 150
0.64 = 50 g / 250
g = 0.64 / 0.2
g = 3.2 m/s2

G. KESIMPULAN

setelah dilakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ketinggiannya semakin banyak waktu yang diperlukan benda yang bermassa m untuk mencapai lantai, hal ini karena dipengaruhi oleh gravitasi dan percepatan.

 

 

 

Percobaan Memadukan Gaya

A. TUJUAN

Untuk mengetahui hasil penjumlahan gaya

B. DASAR TEORI

Gaya merupakan besaran vector. Dalam skema gaya dinyatakan dalam bentuk anak panah (vector). Besaran gaya diukur dengan menggunakan neraca pegas atau neraca gaya. Satuan gaya dalam SI adalah newton (N) dimana 1 N = 1 kg m/s2. Besaran vector adalah besaran yang memiliki nilai dan arah, misalnya kecepatan, percepatan, gaya dan momentum. Besaran scalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai saja, misalnya panjang, massa, dan waktu.
Hasil penjumlahan ataupun hasil pengurangan dari beberapa vector disebut resultan vector. Ada tiga cara mencari resultan beberapa vector pada suatu bidang yaitu : dengan metode jajar genjang, metode segitiga, dan metode polygon.
Rumusan untuk menentukan besar resultan dua vector.
R = √ v12 + v22 + 2 v1 v2 cos α

C. ALAT DAN BAHAN

1. Beban 50 gr, 20 gr, 10 gr
2. Benang
3. Katrol
4. Paku
5. Busur

D. LANGKAH KERJA

1. Menyiapkan alat seperti gambar dengan beban m1 = m2 = R = 50 gr
2. Mengukur berapa derajat sudat alpha
3. Mengulangi langkah 1 dan 2 dengan mengganti-ganti beban m1,m2 atau R
4. Memasukkan data ke dalam table

E. TABEL PENGAMATAN

m1 (gram) m2 (gram) R (gram) hasil pengamatan Alpha R hasil perhitungan
50 50 50 115 53.85
20 50 50 85 55.4
30 50 50 100 53.7
30 60 50 110 57.23
40 50 70 90 64.03

 

 

F. PEMBAHASAN

a. PERTANYAAN

1. Hitunglah harga R dengan rumus:
2. Bandingkan antara R hasil perhitungan dengan R hasil pengamatan!
3. Bagaimana kesimpulan saudara?

b. JAWABAN

1. Besar gaya tekan ke atas masing-masing benda
R = √ m02 + m12 + 2.m0. m1. Cos α
= √ 502 + 502 + 2.50. 50. Cos 115
= √ 2500 + 2500 + 5000. -0.42
= √ 2900
= 53.85 N
R = √ m02 + m12 + 2.m0. m1. Cos α
= √ 202 + 502 + 2.20. 50. Cos 85
= √ 400 + 2500 + 2000. 0.087
= √ 3074
= 55.4 N
R = √ m02 + m12 + 2.m0. m1. Cos α
= √ 302 + 502 + 2.30. 50. Cos 100
= √ 900 + 2500 + 3000. -0.17
= √ 2890
= 53.7 N
R = √ m02 + m12 + 2.m0. m1. Cos α
= √ 302 + 602 + 2.30. 60. Cos 110
= √ 900 + 3600 + 3600. -0.34
= √ 3276
= 57.23 N
R = √ m02 + m12 + 2.m0. m1. Cos α
= √ 402 + 502 + 2.40. 50. Cos 90
= √ 1600 + 2500 + 4000. 0
= √ 4100
= 64.03 N

2. R hasil perhitungan dan R hasil pengamatan
% kesalahan = (53.85 – 50 /53.85). 100 %
= 7.14 %
% kesalahan = (55.4 – 50 / 55.4). 100 %
= 9.74 %
% kesalahan = (53.7 – 50 / 53.7). 100 %
= 6.89 %
% kesalahan = (57.23 – 50 / 57.23). 100 %
= 12.6 %
% kesalahan = (64.03 – 70 / 64.03). 100 %
= -9.32 %

G. KESIMPULAN

Jika massa benda semakin berat dan resultan ( R ) tetap maka sudut yang dibentuk akan semakin besar pula.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PERCOBAAN ARCHIMEDES

A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui besar gaya tekan air ke atas
2. Untuk mengetahui volume benda
3. Untuk mengetahui massa jenis benda

B. DASAR TEORI
Hukum Archimedes mengatakan bahwa Bila sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair maka benda tersebut akan mendapat gaya angkat ke atas (gaya Archimedes) sebesar volume benda yang tercelup atau sama dengan berat fluida (zat cair) yang dipindahkan.
Keterangan: F = gaya Archimedes
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = gravitasi (m/s2)
V = volume (m3)

C. ALAT DAN BAHAN
1. Gelas ukur
2. Benda/beban
3. Neraca
4. Air
5. Benang

D. LANGKAH PERCOBAAN

1. Menyiapkan gelas ukur,kemudian mengisi dengan air dan mencatat volume air mula-  mula
2. Menimbang benda di udara dengan neraca,kemudian mencatat massa benda tersebut
3. Mencelupkan benda tersebut ke dalam gelas ukur yang sudah terisi air,kemudian mencatat volume airnya dan massa benda setelah dimasukkan ke dalam air
4. Ulangi untuk benda yang lainnya

E. TABEL PENGAMATAN

NO BENDA Volume air
mula-mula
(V0) Volume air
Setelah benda dimasukkan
(V1) V =
(V0)–(V1) Massa benda
mula-mula
(m0) Massa benda
di air
(m1) m =
m0 – m1 ρ = m/V
1 40 gr 120 ml 124 ml 4 ml 60 gr 45 gr 15 gr 0,3 g/ml
2 60 gr 120 ml 128 ml 8 ml 75 gr 65 gr 10 gr 1,25 g/ml
3 80 gr 120 ml 130 ml 10 ml 105 gr 80 gr 25 gr 2,5 g/nl
4 100 gr 120 ml 132 ml 12 ml 135 gr 100 gr 35 gr 2,9 g/ml

F. PEMBAHASAN

a. PERTANYAAN
1. Hitunglah volume masing-masing benda!
2. Hitunglah besar gaya tekan ke atas untuk masing-masing benda!
3. Hitunglah massa jenis benda ( ρ = m/V )!
b. JAWABAN
1. Volume masing-masing benda

V = V1 – V0
= 124 – 120
= 4 ml
V = V1 – V0
= 128 – 120
= 8 ml
V = V1 – V0
= 130 – 120
= 10 ml
V = V1 – V0
= 132 – 120
= 12 ml

2. Besar gaya tekan ke atas masing-masing benda

F = ∆m
= m0 – m1
= 60 – 45
= 15 gr

F = ∆m
= m0 – m1
= 75 – 65
= 10 gr

F = ∆m
= m0 – m1
= 105 – 80
= 25 gr
F = ∆m
= m0 – m1
= 135 – 100
= 35 gr
3. Massa jenis masing-masing benda

ρ = m/V
= 15/4
= 0.3 g/ml
ρ = m/V
= 10/8
= 1.25 g/ml
ρ = m/V
= 25/10
= 2.5 g/ml
ρ = m/V
= 35/12
= 2.9 g/ml

G. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan Archimedes dapat disimpulkan bahwa, kita dapat mengetahui besar gaya tekan air ke atas, volume benda, dan massa jenis benda tersebut, hal ini terbukti sesuai dengan hokum Archimedes.

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI DALAM MEWUJUDKAN WARGA NEGARA YANG BAIK

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI DALAM MEWUJUDKAN WARGA NEGARA YANG BAIK

 

Pendahuluan

Pada dasarnya, penanaman disiplin yang dilakukan oleh orang tua bertujuan untuk mengatur perilaku anak agar menjadi anak yang baik. Namun kenyataannya, sering kali disiplin diterapkan secara kaku tanpa melihat kebutuhan perkembangan anak. Dengan pengertian lain, dalam menanamkan disiplin, sering kali dipakai ukuran-ukuran orang dewasa. Terkadang disiplin diterapkan secara tidak konsisten, misalnya anak dihukum karena melakukan perbuatan yang salah, namun pada kesempatan lain si anak dibiarkan saja walaupun melakukan perbuatan yang sama.

Anak memerlukan gambaran yang jelas tentang tingkah laku yang diperbolehkan dan yang dilarang. Si anak merasa lebih aman apabila ia mengetahui secara pasti batas-batas perbuatan yang diizinkan. Cara menyatakan batasan pun harus dipikirkan dengan baik. Harus dicari jalan bagaimana mengemukakannya dengan tetap menghormati harga diri anak tanpa melukai perasaannya. Memberikan larangan harus dilakukan dengan mengungkapkan kewibawaan, bukannya penghinaan dan cemoohan.

Biasanya orang tua berpikir, akan lebih gampang jika membiarkan pelanggaran anak daripada meributkannya. Karena bagaimanapun juga, disiplin menuntut usaha keras.

Banyak orang tua di zaman sekarang yang memanjakan anak dan menafsirkan tindakan demikian sebagai pernyataan cinta. Namun sebenarnya, tindakan itu merupakan tambahan pada teknik orang malas.

Kita seyogianya mengingatkan diri, sebagaimana dalil mengajarkan, bahwa hukuman harus korektif dan bukannya bersifat pembelaan. Banyak faktor dihubungkan dengan disiplin tanpa harus menghancurkan atau mengabaikan faktor yang perlu.

Orang tua harus berusaha untuk selalu membuat disiplin itu tepat dan mengena. Kecakapan dan ketangkasan dalam hal ini membawa hasil yang akan membimbing anak untuk hidup tertib. Akhirnya, dengan sendirinya si anak akan menyadari kesalahannya sehingga ia dapat memperbaikinya kemudian.

Menjalankan disiplin harus dengan suasana tenang. Penyampaian atau penjelasan arti disiplin harus dilakukan dengan lemah lembut dan akrab. Hal tersebut akan menolong si anak untuk menyadari kesalahannya dan mendorong dia memperbaikinya. Namun dalam hal ini, sering kali orang tua bertindak salah. Saat memberi nasihat atau memperbaiki kesalahan anak, orang tua melakukannya sambil marah. Marah ketika mendisiplin hanya akan membuat anak kehilangan harga diri di mata orang tuanya. Hal tersebut juga dapat membuat si anak merasa kebingungan dan tidak dapat mengubah perbuatannya yang salah.

Dalam mendisiplin anak, hendaknya orang tua bisa bersikap tenang dan tidak melakukannya dengan marah, agar si anak menjadi yakin bahwa orang tua tidak hanya sekadar menghukum, tetapi juga mendisiplin mereka.

Dalam menilai kesalahan anak, sebaiknya orang tua dapat bersikap jujur. Menilai kesalahan dengan cara jujur akan memberi kesempatan pada diri sendiri untuk mencari tahu letak kesalahan.

Orang tua dapat mengambil tiga macam sikap dalam menentukan disiplin terhadap anak, yaitu keras, longgar, atau serba memperbolehkan. Namun, ada perbedaan besar antara sikap longgar dan serba membolehkan.

Bersikap longgar berarti menerima anak sebagaimana adanya, dengan segala sifat dan tingkah lakunya sebagai anak. Hakikat sikap longgar ialah menerima anak sebagai pribadi yang mempunyai hak-hak asasi. Sebagai pribadi, anak berhak untuk mempunyai gagasan, harapan- harapan, dan keinginan sendiri. Hak itu harus kita terima, kita akui, dan kita hormati.

Sedangkan sikap orang tua yang serba membolehkan akan memberi peluang kepada anak untuk melakukan apa saja yang dikehendakinya. Sikap seperti itu sering bersarang pada diri orang tua yang sibuk setiap hari. Kesibukan membuat mereka tidak memiliki cukup kesempatan untuk membimbing anak. Pada dasarnya, sikap membolehkan dapat merusak wewenang orang tua sebagai ayah atau ibu yang memiliki otoritas. Akhirnya, keyakinan anak jadi luntur. Malah terkadang si anak merasa seolah-olah bukan sebagai anggota keluarga karena ia tidak pernah menerima suatu hukuman di rumahnya.

Sikap yang keras biasa terdapat pada banyak orang tua. Keinginan- keinginan orang tua disalurkan kepada anak, seolah-olah memaksakan kehendak sendiri. Sikap yang otoriter ini sangat menyusahkan dan membuat pribadi anak terinjak-injak. Karenanya, anak bisa bersikap seperti menentang otoritas orang tuanya.

Sebenarnya, ada suatu pandangan lama dan pandangan baru mengenai hal disiplin. Dalam pandangan lama mengenai disiplin terhadap anak, orang tua hanya mencegah perbuatan yang tidak diinginkan

Pengertian Karakter

Dalam Webster’s Dictionary, pengertian kata karakter berarti ”the aggragate features and traits that form the apparent individual nature of same person or thing; moral or ethical quality; qualities of honesty, courage, integrity; good reputation; an account of the cualities or peculiarities of a person or thing”. Karakter merupakan totalitas dari ciri pribadi yang membentuk penampilan seseorang atau obeyek tertentu. Ciri-ciri personal yang memiliki karakter terdiri dari kualitas moral dan etis; kualitas kejujuran, keberanian, integritas, reputasi yang baik; semua nilai tersebut di atas merupakan sebuah kualitas yang melekat pada kekhasan personal individu. Sedang menurut Ensiklopedia Indonesia, karakter memiliki arti antara lain; keseluruhan dari perasaan dan kemauan yang tampak dari luar sebagai kebiasaan seseorang bereaksi terhadap dunia luar dan impian yang diidam-idamkan (Tan Giok Lie, 2007; 37). Pengertian karakter dilihat dari sudut pendidikan, didefinisikan sebagai stuktur rohani yang terlihat dalam perbuatan, dan terbentuk oleh faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Karakter mengacu pada kehidupan moral dan etis seseorang untuk mengasihi Tuhan dan sesama, yaitu kebajikan moral untuk berbaut baik.

Karakter adalah sesuatu yang dipahatkan pada hati, sehingga menjadi tanda yang khas, karakter mengacu pada moralitas dalam kehidupan sehari-hari. Karakter bukan merupakan gejala sesaat, melainkan tindakan yang konsisten muncul baik secara batiniah dan rohaniah. Karakter semacam ini disebut sebagai karekter moral atau identitas moral. Karakter mengacu pada kebiasaan berfikir, berperasaan, bersikap, berbuat yang memberi bentuk tekstur dan motivasi kehidupan seseorang. Karakter bersifat jangka panjang dan konstan, berkaitan erat dengan pola tingkah laku, dan kecenderungan pribadi seseorang untuk berbuat sesuatu yang baik.

Karekter adalah serangkaian nilai yang operatif, nilai yang nyata sebagai aktulisasi dalam tindakan. Kemajuan karakter adalah pada saat suatu nilai berubah menjadi kebajikan. Kebajikan dan kemurahan adalah kecenderungan batiniah seseorang yang merespon berbagai situasi dengan cara diungkapkan dengan baik secara moral. Karakter selalu mengacu pada kebaikan yang terdiri dari tiga bagian yaitu mengetahui yang baik, menginginkan yang baik dan melakukan yang baik. Ketiga kebiasaan ini didasarkan pada kebiasaan pikiran, hati dan kehendak. Karekter sebagai sesuatu yang melekat pada personal yaitu totalitas ide, aspirasi, sikap yang terdapat pada individu dan telah mengkristal di dalam pikiran dan tindakan (Tan Giok Lie, 2007; 37). Manusia hanya dapat mengamati karakter secara eksternal dan parsial, dari kebiasan, pola pikir, pola sikap, pola tindak atau pola merespon secara emosional dan pola dalam bertingkah laku. Manusia bisa salah dalam memberikan penilain terhadap karakter individu, hanya individu itu sendirinya yang mengetahui siapa jati dirinya.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Anak usia dini mempunyai batasan dan pengertian beragam, tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Secara tradisional pemahaman tentang anak usia dini sering disamakan dengan manusia dewasa dalam bentuk mini, masih polos dan belum mampu berfikir luas. Akibatnya anak usia dini sering diperlakukan sebagai orang dewasa kecil. Namun dalam perkembangan kemudian, ternyata anak usia dini berbeda dengan orang dewasa, sehingga diperlukan pendidikan secara khusus bagi anak usia dini sesuai dengan pertumbuhan fisik, emosianal, kejiwaan (Sofia Hartati, 2005: 7).

Anak usia dini merupakan masa keemasan (goleden ege) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan, sekaligus masa yang kritis bagi kehidupan anak. Penelitian menunjukan bahwa sejak lahir anak memiliki 1000 milyar sel otak, sel ini harus dirangsang dan didayagunakan agar terus hidup dan berkembang dan jika tidak dirangsang sel ini akan mengalami penerunan dan berdampak pada pengikisan segenap potensi yang dimiliki anak. Bejamin S. Bloom mengemukakan bahwa 50% kecerdasan anak terjadi pada usia 0-4 tahun, bertambah pada usia 8 tahun dan mencapai 100 % pada usia 18 tahun (UNY, 2007; 1). Robert J. Havinghurst menyetakan bahwa perkembangan pada awal akan mempengaruhi perkembangan berikutnya, sehingga apabila anak mengalami kegagalan dalam perkembangan, maka anak akan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas selanjutnya. Hal yang sama diunkapkan Slamet Suyanto; anak usia dini sedang dalam pertumbuhan baik fisik dan mentalnya. Pertumbuhan saraf otaknya dimulai sejak dalam kandungan, dan ketika lahir sel saraf otak terus berkembang. Teori mengatakan, sampai usia 4 tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% kecerdasan tercapai pada usia 8 tahun (Slamet Suyanto, 2005: 7). Apabila anak telah gagal dalam pembentukan karakter awal, anak tersebut akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi.

Anak usia dini mengalami perkembangan fisik dan motorik, tak kecuali perkembangan kepribadian, watak, emosional, intelektual, bahasa, dan moralnya yang bertumbuh dengan pesat. Oleh karena itu usia dini desebut sebagai golden age (usia 0-8 tahun). Oleh karena itu jika menghendaki bangsa yang cerdas, dan memiliki karakter yang baik pendidikan harus dimulai sejak usia dini.

Menurut Slamet Suyanto dalam makalahnya “Prinsip-prinsip Pembelajaran Anak usia dini” mengatakan bahwa PAUD merupakan ilmu yang bersifat interdisipiner, meliputi; Pendidikan anak usia dini, Psikologi perkembangan anak, Biologi perkembangan, Neoroscience, Pendidikan jasmani, Pendidikan bahasa dan seni, dan pendidikan bidang sutudi termasuk pendidikan karakter (Slamat Suyanto, 2006: 1). Sedang prinsip-prinsip dalam proses belajar mengajar dalam PAUD antara lain; Appropriate yaitu pembelajaran yang disesuaikan dengan tumbuh kembang jiwa anak, esensi bermain, holistik atau menyeluruh, terpadu atau integrated, bermakna, long life skills dan fleksibel

Keluarga memiliki peran penting dalam membentuk watak bagi perkembangan anak. Oleh karena dalam keluarga anak mendapatkan pengalaman pertama dan utama. Geerts mengemukakan bahwa melalui penggalaman keluarga anak memperoleh pengertian, perlengkapan emosional, ikatan-ikatan moral yang memungkinkan bertindak sebagai orang dewasa dalam masyrakatnya. Penelitian Baumrid dan Chen menunjukkan bahwa pola asuh orang tua berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan akademik anak. Oleh karena itu diperlukan pengasuhan yang memandai, penelitian Zevalkink menunjukkan bahwa orang tua di Indonesia kurang memberi dorongan emosional, kurang menghargai kemandirian anak, cenderung menekan pada perilaku moral.

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 jenjang pendidikan dasar (1); PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur formal dan non formal atau informal (2); PAUD jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau diselenggarakan oleh lingkungan. Program PAUD saat ini masih terfokus pada jalur formal dan non formal , jalur pendidikan informal belum mendapat perhatian. Oleh karena itu diperlukan upaya yang sistematis

untuk mengembangkan program PAUD melalui jaur informal untuk mewujudkan SDM yang berkualitas di masa mendatang.

Dalam usaha mentarsfer nilai-nilai pembentuk karakter digunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tumbuh kembang jiwa anak usia dini. Menurut Habibah (Habibah, 2007: 1) dalam sosialisasi pendidikan karakter dapat digunakan pendekatan indoktrinasi, klasifikasi nilai, keteladanan, dan perilaku guru. Keempat pendekatan tersebut di atas diharapkan dapat diterapkan sesuai dengan situasi keondisi serta dilakukan secara holistik sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih. Pendekatan di atas juga diharapkan guru mengetahui karakteristik siswa maupun kondisi kelas, dan seorang guru harus memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan psikologi pendidikan sehingga kelas kondusif untuk pembelajaran karakter (Sri Rumini, 1995: 19-20).

Pendekatan indoktrinasi dengan cara memberi hadiah atau hukuman, peringatan, dan pengendalian fisik. Sedang pendekatan klasifikasi nilai pembentuk karakter, dengan cara penalaran dan ketrampilan. Pendekatan keteladanan dengan cara disiplin, tanggung jawab, empati, dan pendekatan pembiasaan dengan cara perilaku seperti berdoa, baca kitab suci, berpuasa, memuji Tuhan, berterima kasih. Pendekatan habitus diharapkan dapat merubah perilaku anak usia dini memiliki karakter yang baik (Ambarwati, 2007: 1).

Keberhasilan pembangunan pendidikan, khusunya pendidikan karakter di China patut kita tiru. Pendidikan karakter anak usia usia dini China berbeda dengan pendidikan di Indonesia yang lebih menekankan pada karakter akhlak (implementasi niali) melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good, yaitu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan aspek fisik, sehingga menghasilkan karakter yang baik bisa terukir menjadi habit of the mind, habit of the hart, habit of the hands (Google Pendidikan Karakter, 2007: 1). Pendidikan karakter memerlukan keterlibatan semua aspek kehidupan manusia, sehingga tidak cocok hanya menekankan pada aspek kognitif saja, hal ini dapat membunuh karekater anak. Namun pendikan karakter bagi anak anak usia dini harus disesuikan dengan perkembangan jiwa anak, mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia; intelektual, karekater, estetika, dan fisik dan dalam koridor pembelajaran nilai pembentuk karakter yang menyenangkan (Bobbi DePorter & Mike Hernacki, 203: 8).

Dalam membentuk karakter diperlukan pemimpin pembentuk karakter yang kuat, karena peradaban yang besar dibentuk oleh pemimpin kuat sebagai fasilitator terbangunnya individu dan kominitas berkarakter. Pemimpin sebagai reformator yang memiliki integritas seperti Musa, Yosoa, Gidion, Daud, Nehemia, Yohanes Pembabtis, Tuhan Yesus. Segala sesuatu jatuh dan bangun karakter anak yang baik tergantung pemimpinnya (orang tuanya). Unsur kepribadian pemimpin yang paling menentukan adalah karakter yang berintegritas. Pembentukan karakter adalah sesuatu yang normatif, meskipun prosesnya sepanjang hidup. Pembentukkan karakter tidak hanya menyentuh aspek koqnitif, tetapi sisi hati dan komitmen. Keduanya menjadi syarat untuk mengmbangkan karakter dan identitas moral individu. Dengan cara ini karakter Ksristus akan nampak dalam kehidupan anak usia dini.

Membentuk Karakter Anak Usia Dini

Pembentukan karakter terjadi karena dua unsur yaitu faktor indogin dan eksogin; faktor indogin secara psikologis manusia memiliki karakter bawaan seperti sifat-sifat kolerik, sanguinis, flagmaitik dan melangkolis. Namun demikian tidak menutup kemungkinan gabungan di antara karakter model-model yang memiliki sifat-sifat tersebut di atas. Karakter bawaan ini bisa dibentuk menjadi karakter ideal melalui pendidikan sejak usia dini, sehingga menghasilkan watak yang baik sesuai dengan nilai-nilai diharapkan oleh komunitas dan jiwa jaman.

Faktor eksogin atau pengaruh dari luar bisa berupa pengaruh keluarga, pendidikan formal, non formal dan masyarakat yang melingkupi kehidupan personal. Melalui kehidupan lingkungan individu dibantuk lewat interaksi dinamis yang saling mempengaruhi. Interaksi

dialektis dinamis, ini akan menghasilkan manusia yang selalui siap menghadapi perubahan jaman khsususnya bagi anak usia dini.

Secara sosiologis kehidupan manusia dalam berinteraksi dipengaruh oleh konsep intenasliasi dan eksternalisasi, maksudnya ketika anak usia dini dilahirkan dalam keluarga, individu ini harus mempelajari bahasa lingkungan dan memasukkan kenyataan eksternal menjadi kenyataan satu dengan dirinya. Bahasa sebagai kenyataan eksternal masuk ke dalam diri anak usia dini dan menjadi kenyataan internal. Proses memasukkan kenyataan eksternal ke dalam dan menjadi kenyataan internal, disebut internaliasai (Robet MZ Lawang, 1986: 22). Jadi dalam pembentukan karakter anak dipengaruhi oleh lingkungan dan anak usia dini memberi respon untuk menerima pengaruh dari luar.

Pembentukan karakter yang paling efektif jika dimulai dari lingkungan keluarga dan diterapkan sejak usia dini. Usia dini mencakup tahun-tahun pertama kehidupan, khususnya pereode lima tahun pertama. Pada pereode awal terbentuknya kepribadian seseorang. Menurut Jean Piaget dan Lewrence Kohlberg, moralitas anak bersifat heteronomos; moralitas anak dibentuk oleh norma yang ditanamkan oleh individu dari luar dirinya yaitu mereka yang berhubungan paling dekat dengannya, terutama lingkungan keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, adik dan kakak.

Dalam usaha mensosialisasikan nilai-nilai pembentuk karakter peserta didik sering mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan bagaimana harus berpikir, berkeyakinan dan bertingkah laku sebab apa yang dimengerti belum tentu sama dengan apa yang terjadi dalam masyarakat yang penuh konflik nilai. Televisi dan koran, teman bermain memberikan informasi yang berbeda dengan apa yang ada dalam keluarga maupun yang terjadi di masyarakat, sehingga hal ini sangat membingungkan peserta didik untuk menentukan pilihan nilai yang membentuk karakter. Peserta didik sulit menentukan pilihan nilai yang terbaik, akibat dari tekanan dan propaganda teman sebaya. Dalam hal ini jika pendidikan nilai pembentuk karakter agar berhasil perlu mengajarkan secara langsung kepada anak didik dengan memberi keteladanan secara langsung seperti sebagaimana seharusnya. (Parjono, 2005: 1).

Transfer nilai untuk membentuk karakter kepada peserta didik juga dapat digunakan dengan metode secara moderat ( ada 3 pola asuh: Otoriter, Demokratis, Permisif atau tidak dikontrol) karena didunia ini tidak ada sistem yang sempurna. Oleh karena itu peserta didik harus mengolah dan memiliki normanya sendiri untuk mewujudkan karakter ideal. Berdasarkan penelitian Lewin dkk (Gerungen, 1987; 84) pendidikan anak yang diasuh secara otoriter cenderung mempunyai karakter dengan ciri- ciri menunggu dan menyerah segala-galanya pada pengasuhnya, disamping itu mempunyai sikap keagresipan, cemas dan mudah putus asa. Sedang pendidikan dengan pola asuh demokratis menghasilkan karakter dengan ciri-ciri berinisiatif, berani, lebih giat, dan lebih bertujuan.

Pola asuh demokratis bersifat dua arah dalam bentuk dialog, namun keputusan terakhir tetap di tangan kepala keluarga. Dalam pola asuh ini pendapat anak didengarkan dan dihargai. Apabila pendapatnya baik benar, rational, mempunyai argumen kuat orang tua akan menerima pendapatnya. Hubungan antara anak dan orang tua penuh kehangatan. Anak yang didik dengan pola ini akan penuh percaya diri dan terbuka dikoreksi bila melakukan kesalahan, serta lebih bertanggung jawab karena dipercaya oleh orang tuanya. Dengan pola asuh demokratis, orang tua hadir sebagai teladan yang berkomunikasi dengan anaknya.

Pendidikan dengan pola otoriter menghasilkan karakter anak dengan ciri-ciri makin tidak taat, sikap menunggu, tidak melakukan sesuatu, daya tahan kurang, dan menunjukkan ciri takut. Sedang orang tua permisif ; kurang tegas dalam menerapkan peraturan yang ada, anak diberi kesempatan untuk berbuat bebas untuk memenuhi keinginannya. Jadi pola asuh orang tua berpengaruh terhadap karakter anak asuhnya.

Pendekatan yang ideal dalam membentuk karakter anak adalah dengan menggabungkan pendekatan jalan tengah maksudnya menggabungkan pendekatan permisif dan pola asuh otoritatif. Orang tua berusaha menyeimbangkan antara wibawa dan pikiran, antara kontrol dan

dorongan, antara peraturan dan ketaatan, antara hak dan minat orang tua dan hak minat anak. Anak yang didik secara otoritatif akan bertumbuh menjadi anak yang bertanggung jawab, bermotivasi tinggi, ramah, bermoral, kooperatif, bergaul luas, percaya diri karena mempunyai harga diri yang luas (Tan Giok Lie, 2007; 43). Orang tua yang baik akan memberi kecenderungan anaknya memiliki karekter yang baik pula, sebab buah akan jatuh tidak jauh dari pohonnya; anak akan mempunyai kecenderungan memiliki transfer karakter dari orang tua yang mengasuhnya

Sosialisasi nilai-nilai pembentuk karakter harus diberikan kepada anak usia dini, karena anak usia dini sebagai generasi penerus kelak akan menjadi pemimpin bangsa. Pendidikan karakter bisa disosialisasikan melalui lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, dan akan lebih efekktif lagi jika melalui peraturan formal, dan para guru wajib mengintegrasikan dalam mata pelajaran sekaligus memberi keteladanan dalam karakter yang baik. Pemerintah sebagai lembaga formal juga wajib menyensor tanyangan TV yang menampilkan gambar-bambar atau cerita yang mengakomodasikan bentuk karakter yang baik.

Pendidikan karakter diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi personal dan sosial sehingga menjadi warga negara yang baik (good care atau good citizen) dengan ciri-cirinya antara lain: berani mengambil sikap positif untuk menegakkan norma-norma sosial, membuat aturan hukum yang kondusif untuk kebaikan dan nilai-nilai moral demi masa depan bangsa yang mengedepankan nilai-nilai kasih yang baik, anti diskriminasi, inklusifisme, humanisme, pluralisme, kebebasan, persamaan, persaudaraan, kesatuan, kebangsaan, kebhinekaan, multikultural, nasionalisme, demokrasi dan demokratisasi yang bersumber pada nilai firman Tuhan (Alkitab) sebagai paradigmanya..

Diberikannya pendidikan karakter pada anak usia dini merupakan salah satu alternatif solusi penyelesaian untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang kontraproduktif dalam masyarakat Indonesia. Dengan tersosialisasikan pendidikan karakter diharapkan generasi penerus dapat memahami, menganalisis, menjawab masalah-masalah yang dihadapi masyarakat yang berhubungan dengan hal yang negatif dan dapat membangun kehidupan secara berkesinambungan, konsisten yang bersumber pada nilai-nilai moral agama sehingga cita-cita bangsa dapat terwujud perdamain abadi anti kekerasan.

Generasi tua hanya memberikan norma-norma yang sudah dibakukan dalam norma yang berlaku dan mengajarkannya untuk membentuk karakter anak, sehingga peserta didik tidak merasa disitir dan digurui, mereka dibiarkan untuk bareksprimen, berdialog dengan dirinya atau merenungkan ajaran orang tua siang dan malam, maka hidupnya akan berhasil (memiliki karakter yang baik) seperti dalam Mazmur 1 (LAI; 2006; 754), sehingga peserta didik menemukan apa yang dikehendakinya dan tidak bertentangan dengan nilai subtansial.

Cara lain untuk memindahkan nilai dengan cara memodelkan, dengan asumsi bahwa Orang tua (panutan) menampilkan diri dengan nilai tertentu sebagai model yang mengesankan, maka harapannya generasi muda akan meniru model yang diideolakan. Namun demikian model-model tingkah laku dan sikap yang berhubungan dengan nilai sering ditampilkan oleh banyak orang yang berbeda-beda sehingga anak bisa mengalami kebingungan dalam menentukan nilai untuk membentuk karakternya. Oleh karena itu orang dewasa harus mengajar nilai-nilai dan norma berulang-ulang kepada anak-anak dan membicarakannya pada waktu di rumah, dalam perjalanan, waktu ditempat tidur dan pada waktu bangun pagi. Nilai dan norma harus diikatkan sebagai tanda pada tangan dan dahi, dan menuliskan pada tiang pintu dan gerbang. Atau seluruh kehidupan dan aktivitas serta lingkungan hidup dijadikan media untuk sosialisasi nilai-nilai untuk membentuk karakter (LAI, 2003: 200.). Dalam mengemplementasikannya pada kehidupan sehari-hari di bidang politik, ekonomi, budaya kerja sebetulnya telah dibantu dengan Etika untuk membentuk karakter ideal sehingga tidak perlu ragu-ragu untuk bertindak yang benar (J. Verkulyl, 1985.: 23).

Dalam usaha transfer nilai juga diperlukan tidak hanya difokuskan pada isi nilai, tetapi lebih dipentingkan dalam proses nilai, maksudnya proses bagaimana seseorang sampai pada suatu pemilihan nilai pembentuk karakter (Parjono, 2005: 2).

Prinsip pembelajaran nilai merupakan pembelajaran yang efektif yang harus menempatkan peserta didik melakukannya, mereka harus diberi kesempatan untuk belajar secara aktif baik pisik maupun mental. Aktif secara mental bila peserta didik aktif berfikir dengan menggunakan pengetahuannya untuk mempersepsikan pengalaman yang baru disamping secara fisik dapat diamati keterlibatannya dalam belajar sehingga nilai itu telah menjadi bagian dari hidupnya.

Dalam pembelajaran nilai ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pembelajaran nilai dapat efektif yaitu perbuatan dan pembiasaan. Oleh karena dengan perbuatan siswa dapat secara langsung melakukan pengulangan perbuatan agar menjadi kebiasaan (habit) dan akhirnya menjadi budaya. Atau akhirnya menjadi karakter mereka.

Interaksi antara panutan yang memberi keteladanan pada peserta didik dan kondisi lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran nilai sangat menguntungkan untuk tranfer nilai melalui saling membagi dalam pengalaman. Guru yang baik juga dapat mengerti perasaan, pemahaman, jalan pikiran peserta didik dan mereka diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan sekaligus dapat memberi jalan keluar dalam pergumulan pemilihan nilai yang ada tanpa mengindoktrinasi.

Melalui pemahaman yang mendalam terhadap materi pembelajaran nilai pembentuk karakter, peserta didik dapat memilih berbagai alternatif nilai yang ada dan mengamalkan sebagai ujud aktualisasi diri. Orangtua sebagai panutan yang meberi hidupnya bagi peserta didik diharapkan dapat merefleksi diri melalui perasaan dan pikirannya setelah merenung dan mendapat masukan sehingga dapat mngetahui sejauh mana pemahaman dan pengamalan nilai yang telah diterima dan dilakukan siswanya.

Sosialisasi nilai-nilai pembentuk karakter harus diberikan kepada anak usia dini, karena anak usia dini sebagai generasi penerus kelak akan menjadi pemimpin bangsa. Pendidikan karakter bisa disosialisasikan melalui lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, dan akan lebih efekktif lagi jika melalui peraturan formal, dan para guru wajib mengintegrasikan dalam mata pelajaran sekaligus memberi keteladanan dalam karakter yang baik. Pemerintah sebagai lembaga formal juga wajib menyensor tanyangan TV yang menampilkan gambar-bambar atau cerita yang mengakomodasikan bentuk karakter yang baik.

Pendidikan karakter diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi personal dan sosial sehingga menjadi warga negara yang baik (good care atau good citizen) dengan ciri-cirinya antara lain: berani mengambil sikap positif untuk menegakkan norma-norma sosial, membuat aturan hukum yang kondusif untuk kebaikan dan nilai-nilai moral demi masa depan bangsa yang mengedepankan nilai-nilai kasih yang baik, anti diskriminasi, inklusifisme, humanisme, pluralisme, kebebasan, persamaan, persaudaraan, kesatuan, kebangsaan, kebhinekaan, multikultural, nasionalisme, demokrasi dan demokratisasi yang bersumber pada nilai firman Tuhan (Alkitab) sebagai paradigmanya..

Diberikannya pendidikan karakter pada anak usia dini merupakan salah satu alternatif solusi penyelesaian untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang kontraproduktif dalam masyarakat Indonesia. Dengan tersosialisasikan pendidikan karakter diharapkan generasi penerus dapat memahami, menganalisis, menjawab masalah-masalah yang dihadapi masyarakat yang berhubungan dengan hal yang negatif dan dapat membangun kehidupan secara berkesinambungan, konsisten yang bersumber pada nilai-nilai moral agama sehingga cita-cita bangsa dapat terwujud perdamain abadi anti kekerasan.

Anak usia dini mempunyai batasan dan pengertian beragam, tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Secara tradisional pemahaman tentang anak usia dini sering disamakan dengan manusia dewasa dalam bentuk mini, masih polos dan belum mampu berfikir luas. Akibatnya anak usia dini sering diperlakukan sebagai orang dewasa kecil. Namun dalam perkembangan kemudian, ternyata anak usia dini berbeda dengan orang dewasa, sehingga diperlukan pendidikan secara khusus bagi anak usia dini sesuai dengan pertumbuhan fisik, emosianal, kejiwaan agar memiliki karakter yang baik (Sofia Hartati, 2005: 7).

Dalam usaha mentarsfer nilai-nilai budi pekerti dapat digunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tumbuh kembang jiwa anak usia dini. Menurut Habibah (Habibah, 2007: 1) dalam sosialisasi pendidikan anti kekerasan dapat digunakan pendekatan indoktrinasi, klasifikasi nilai, keteladanan, dan perilaku guru. Keempat pendekatan tersebut di atas diharapkan dapat diterapkan sesuai dengan situasi keondisi serta dilakukan secara holistik sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih. Pendekatan di atas juga diharapkan guru mengetahui karakteristik siswa maupun kondisi kelas, dan seorang guru harus memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan psikologi pendidikan sehingga kelas kondusif untuk pembelajaran anti kekerasan (Sri Rumini, 1995: 19-20).

Pendekatan indoktrinasi dengan cara memberi hadiah atau hukuman, peringatan, dan pengendalian fisik. Sedang pendekatan klasifikasi nilai anti kekerasan, dengan cara penalaran dan ketrampilan. Pendekatan keteladanan dengan cara disiplin, tanggung jawab, empati, dan pendekatan pembiasaan dengan cara perilaku seperti berdoa, berterima kasih. Pendekatan habitus diharapkan dapat merubah perilaku aanti kekerasan anak usia dini (Ambarwati, 2007: 1).

Sedang dalam mensosialisasikan nilai-nilai anti kekrasan dapat digunakan metode bercerita (mendongeng), baik secara langsung, menggunakan ilustrasi, menggunakan papan planel, media boneka, Audio visual, Sosio drama. Metode bercerita khususnya menggunkan “dongeng” sangatlah menarik karena alur cerita, tujuan cerita, puncak cerita dan akhir cerita dapat direncanakan sehingga tujuan pembelajaran anti kekerasan lebih terarah dan terfokus untuk membentuk perilaku yang baik. Metode lain yang bisa digunakan antara lain; metode karya wisata, bermain yang berkaitan dengan menggunakan media seni rupa, seni musik sekaligus sebagai sarana untuk dapat membentuk perkembangan emosi dan kepribadian yang bermuatan anti kekerasan. Jadi pendidikan anti kekerasan harus dilakukan dengan pendekatan holistik dan terfokus untuk membentuk warga negara yang baik masyarakat, dan akan lebih efekktif lagi jika melalui peraturan formal, dan para guru wajib mengintegrasikan dalam mata pelajaran sekaligus memberi keteladanan anti kekerasan. Pemerintah sebagai lembaga formal juga wajib menyensor tanyangan TV yang menampilkan gambar-bambar atau cerita yang mengakomodasikan kekerasan.

Pendidikan Anti kekerasan diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi personal dan sosial sehingga menjadi warga negara yang baik (good care atau good citizen) dengan ciri-cirinya antara lain: berani mengambil sikap positif untuk menegakkan norma-norma sosial anti kekerasan, membuat aturan hukum yang kondusif untuk kebaikan dan nilai-nilai moral anti kekerasan demi masa depan bangsa yang mengedepankan nilai-nilai anti kekerasan, anti diskriminasi, inklusifisme, humanisme, pluralisme, kebebasan, persamaan, persaudaraan, kesatuan, kebangsaan, kebhinekaan, multikultural, nasionalisme, demokrasi dan demokratisasi yang bersumber pada nilai anti kekerasan sebagai paradigmanya..

Diberikannya pendidikan Anti kekerasan pada anak usia dini merupakan salah satu alternatif solusi penyelesaian untuk mengantisipasi terjadinya kekerasan dalam masyarakat Indonesia. Dengan tersosialisasikan pendidikan anti kekerasan diharapkan generasi penerus dapat memahami, menganalisis, menjawab masalah-masalah yang dihadapi masyarakat yang berhubungan dengan kekerasan dan dapat membangun kehidupan anti kekerasan secara berkesinambungan, konsisten yang bersumber pada nilai-nilai moral Pancasila sehingga cita-cita bangsa dapat terwujud perdamain abadi anti kekerasan.

Dalam kurikulum pendidikan di SD untuk mewujudkan warga negara yang baik sebetulnya peserrta didik sudah diberikan Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn), Pendidikan Agama, Pendidikan Ilmu Sosial terintegrasi serat dengan pendidikan karakter yang semuanya bermuara untuk mewujudkan Good Cetezen. Namun kenyataannya korupsi di Indonsia semakin masif baik lower class, medle class dan Uper class. Korupsi kelas bawah dapat dilihat dengan penjualan ayam tiren, penjualan sayuran yang disubal, tahu formalin, bakso formalin, ikan busuk yang diformalin, makanan dan susu kaleng kedaluwarso dll. Kalangan kelas menengah menjual motor, mobil dengan mengganti suku cadang palsu, menjual rumah tidak sesuai dengan perjanjian, banyak bahan bangunan yang dikorupsi. Kelas atas, melakukan korupsi dengan menggelembungkan anggaran proyek, laporan fektif dan korupsi menggunkan sistem birokrasi (Kleptokrasi).

Birokrasi keranjang sampah, perselingkuhan birokrat dan pengusaha pemimpin yang mementingkan diri sendiri, wakil rakyat yang tidak peduli penderitaan rakyat, KKN merajalela, hedonisme, materialisme, erotisme, kriminalitas semuanya bermuara dari terjadinya korupsi masif. Melalui pendidikan anti korupsi harapan penulis, bangsa Indonesia bisa diperbaiki perilakunya sehingga bangsa Indonesia bisa survaive dan generasi penerus dapat menikmati kejayaan negara bangsa dikemudian hari sebagaimana visi Indonesia 2030. Indonesia akan menjadi negara maju dan sejahtera, mandiri, produktif, memiliki daya saing, mampu mengelola kekayaan alam untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan per kapita $ 18.000 AS tiap tahun (Presiden Yudhoyono, Kompas, 23 Maret 2003, hal. 1).

Pendidikan merupakan institusi yang paling penting untuk mendidik generasi muda agar memiliki sikap, perilaku, mental untuk membrantas korupsi. Pendidikan agama dan moral memang penting bagi anak sekolah dasar (SD), tetapi pendidikan anti korupsi sangat penting dan mendesak. Oleh karena itu guru harus mengajarkan kepada peserta didik tentang pendidikan anti korupsi agar melalui pendidikan Anti korupsi korupsi dapat dibrantas di Nehgara Indonesia.

Pendidikan Karakter anak Usia Dini

Istilah pendidikan berasal dari kata paedagogi, dalam bahasa Yunani pae artinya anak dan ego artinya aku membimbing. Secara harafiah pendidikan berarti aku membimbing anak, sedang tugas pembimbing adalah membimbing anak agar menjadi dewasa. Pendidikan merupakan suatu upaya mengembangkan atau mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan ke taraf yang lebih baik dan lebih sempurna (Lutfi Wibawo, 2009: 13). Secara singkat Driyarkara yang dikutip oleh Istiqomah mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha secara sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan atau pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi dewasa, susila dan dinamis dan memiliki karakter yang baik (Istiqomah, 203: 7). Sedang hakekat Pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai, norma-norma tingkah laku manusia yang harus dan wajib disosialiasikan dan di budayakan menjadi bagian dari hidupnya dalam kehidupan masyarakat.

Dalam mensosialisasikan nilai perlu adanya komitment para elit politik, tokoh masyarakat, guru, stakeholders pendidikan karakter, dan seluruh masyarakat. Sosialisasi Pendidikan karakter harus memperhatikan prinsip-prinsip antara lain:

“Pendidikan karakter adalah suatu proses, pendekatan yang digunakan secara komperhensip, pendidikan ini hendaknya dilakukan secara kondusif baik di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat, semua partisan dan komunitas harus terlibat di dalamnya. Pendidikan karakter perlu disosiaalisasikan, dibudayakan bagi kepala sekolah, guru-guru, murid-murid, orang tua murid, dan komunitas pemimpin yang merupakan esensial utama. Perlu perhatian terhadap latar belakang murid yang terlibat dalam proses kehidupan karakter. Perhatian pendidikan karakter harus berlangsung cukup lama, sehingga menjadi bagian utama dari hidupnya dan pembelajaran karakter harus diintegrasikan dalam kurikulum secara praksis di rumah, sekolah dan masyarakat (Setyo Raharjo, 2002; 28).

Pendidikan karakter harus direncanakan secara matang oleh stakeholders , sebagai think-tank, baik para pakar moral, etika, karakter, pendidik seperti rohaniawan (tokoh agama), pemimpin non formal (tokoh masyarakat), kepala sekolah, guru-guru, orang tua murid. Pendidikan karakter ini harus memperhatikan nilai-nilai secara holistik dan uiniversal. Keberhasilan pendidikan karakter dengan keluaran menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi personal dan kompetensi sosial, dan dinamis sehingga menghasilkan warga negara yang baik (good citizen).

Dalam mensosialisasikan nilai-nilai karakter yang ideal pemimpin formal dan non formal bertanggung jawab untuk mewujudkan kehidupan baik ranah organisasi negara (state), organisasi masyarakat (civil state), ranah istitusi dunia usaha (market institution). Semua pejabat negara, pejabat pemerintah mempunyai tanggung jawab menjadikan jabatannya sebagai media pembelajaran pendidikan karakter anak usia dini.

Dalam mewujudkan kehidupan karakter untuk mewujudkan masyarakat sipil perlu strategi perjuangan secara struktural dan kultural secara bersama-sama. Strategi struktural dalam arti politik, perbaikan struktural ini merupakan sarana yang paling efektif adalah melalui partai politik. Melalaui lembaga partai politik aspirasi masyarakat dapat disalurkan tentang pendidikan karakter anak usia dini akan diperjuangkan sebagai masukan dari infrastruktur politik kepada suprastuktur politik. Input dari infrastruktur politik kepada suprastruktur politik akan dijabarkan dalam bentuk kebijaksanaan atau undang-undang yang mewajibkan dilaksanakannya pendidikan bagi anak usia dini yang didukung dana dari pemerintah. Sementara secara kultural memerlukan perjuangan yang panjang. Perjuangan membangun mentalitas bangsa melalui nilai-nilai demokrasi dan mengandung nilaipembentuk karakter, harus diawali dari individu yang mengutamakan kehidupan yang menjunjung nilai-nilai karakter yang baik, disemaikan dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolahan dan masyarakat luas.

Dalam mensosialisasikan nilai-nilai karakter perlukan pemimpin atau pendekar, pejuang karakter yang tidak pernah gentar, putus asa atau frustasi meskipun rintangan, halangan, lingkungan tidak kondusif, dan harus berhadapan dengan lingkungan tidak baik. Dengan tidak jemu-jemunya meneriakkan sosialisasi pendidikan karakter yang baik untuk mewujudkan nilai karakter yang baik secara universal.

Pendekar anti koropsi pertama; harus yakin sungguh-sungguh yakin atau seyakin-yakinnya (percaya sungguh-sungguh percaya) bahwa nilai-nilai anti koropsi bisa dan harus disosialisasikan dengan sungguh-sungguh pada peserta didik sehingga perseta didik mengerti dan melaksanakan nilai-nilai anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari. Kedua; pemimpin (pendekar moral) harus berfikir sungguh-sungguh berfikir tidak pernah putus asa dan kehilangan akal untuk mencari solusi dalam pendidikan anti koropsi demi perbaikan peserta didik. Ketiga; pendekar anti koropsi harus berusaha sungguh berusaha untuk mewujudkan kehidupan anti koropsi yang baik dalam masyarakat. Pemimpin anti koropsi harus bersedia bersinergis dengan pemimpin lain untuk mewujudkan kehidupan anti korupsi yang baik dengan menggunakan konsep gold three angle yaitu kerjasama antara perguruan tinggi, pemerintah dan penyandang dana. Perguruan tinggi mengadakan R dan D (researth & development) dalam bidang pendidikan anti koropsi. Pemerintah termasuk pemimpin nasional yang memberi good will (kemudahan) melalui peraturan pemerintah dalam mensosialisasikan nilai-nilai anti koropsi.

Hasil riset perguruan tinggi diharapkan menambah alternatif pemerintah yang dapat dipilih sebelum menentukan kebijakan dilaksanakan, selain itu tenaga dosen bersama mahasiswa dapat mendampingi masyarakat dalam membrantas korupsi, sehingga perguruan tinggi dapat menjadi solusi dalam memecahkan persoalan-persoalan bangsa khsusnya dalam memecahkan persoalan korupsi. Mereka bisa bersinergis dan tidak saling menyalahkan, pakar-pakar ahli hukum di perguruan tinggi dapat memberi masukan pada pemerintah dan sekaligus terjun langsung ke masyarakat dengan langkah kongkrit untuk memperbaiki kehidupan bangsa yang anti koropsi (Victor Purba, Kompas, Kamis, 22 Maret 2007; 12).

Jadi nilai anti koropsi harus dibawa seorang penegak hukum yang meyakini kebenaran anti koropsi sebagai ideologi ideal harus ditanamkan pada setiap hati (personal, individu) agar suatu hari nanti kehidupan bangsa yang anti kropsi akan terwujud.

Dengan adanya benih nilai-nilai anti kropsi yang sudah disemaikan dalam keluarga, diajarkan di sekolah oleh guru dan masyarakat diharapkan setiap personal dapat mempraktikkan nilai anti kropsi dalam totalitas kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Modal nilai anti kropsi yang sudah ada dalam personal merupakan lahan yang subur bagi generasi penerus untuk mewujudkan kehidupan bersama dalam mewujudkan masyarakat sipil (civil society). Terlebih lagi dalam pembelajaran dan sosialisasi pendidikan anti koropsi dapat dimanfaatkan konsep learning to do, learning to be, learning to know, learning to live together. Pengertiannya dalam pembelajaran anti korupsi peserta didik diajak melakukan bersama-sama, pendidikan merupakan proses menjadi dewasa, sempurna sesuai dengan tujuannya, pendidikan anti koropsi dilaksanakan saat ini, dan pendidikan anti koropsi dilakukan bersama-sama dalam kehidupan masyarakat sehingga pendidikan antara di sekolah, rumah dan masyarakat saling mendukung untuk membentuk kehidupan yang lebih baik. Apalagi guru, orang tua murid, pemuka agama, pemuka masyarakat, elit politik, dan pejabat (pemimpin nasional) memiliki komitment yang tinggi untuk mewujudkan masyarakat yang anti koropsi dengan konsep “Ingarso sung tuladho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani” artinya seorang pemimpin yang baik bisa memberi keteladanan atau menjadi panutuan bagi yang dipimpinnya, ditengah-tengah lingkungannya menjadi penggerak untuk mencapai tujuan, sedang jika dibelakang memberi dorongan, petunjuk atau memberi motivasi bagi yang dipimpinnya sehingga sasarannya dapat dicapai. Konsep pendidikan anti koropsi di atas tidak hanya sebagai wacana tetapi harus diaktualisasikan ke dalam kehidupan nyata, sehingga pendidikan anti koropsi bisa mewujudkan masyarakat sipil yang dicita-citakan.

Pendidikan Anti Korupsi Anak Usia Sekolah Dasar

Usia sekolah dasar (sekitar umur 6,00 – 12,00 tahun), ini merupakan tahapan penting bagi perkembangan seorang peserta didik, bahkan suatu hal yang fondamental bagi kesuksesan perkembangan pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu seorang guru tidak boleh mengabaikan kehadiran anak usia sekolah dasar, demi kepentingan di masa depan bagi generasi penerus. Seorang guru dituntut untuk memahami karakteristik peserta didik, arti pentingnnya belajar bagi peserta didik, tujuan belajar bagi peserta didik, dan kegiatan belajar bagi anak SD, termasuk di dalamnya guru harus menguasai psikologi pendidikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai (Sri Rumini, 1995: 15). Bagi sorang guru harus mengetahui perkembangan dan karakteristik peserta didik yang meliputi:

“1. Mereka (anak usia SD) secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri.

2. Anak usia sekolah dasar senang bermain dan lebih suka bergembira

3. Anak SD suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi sesuatu situasi dan mencobakan hal-hal yang baru.

4. Anak SD bisa tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka mengalami ketidak puasan dan menolak kegagalan-kegagalan.

5. Mereka (anak usia SD) belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi.

6. Anak SD belajar dengan cara bekerja, mengobserasi, berinisiatif dan mengajar anak-anak lainnya” (Mulyani Sumantri, 199: 17).

Secara moral, perkembangan manusia berjalan secara bertahap. Menurut Kolhberg, moralitas anti korupsi manusia tumbuh melalui tiga tingkatan. Pertama, tingkat prakonvensional. Pada tingkatan ini, moral anak memiliki dua tahap: tahap pertama berupa kepatuhan berdasarkan hukuman dan ganjaran; tahap kedua perbuatan moral anak diorientasikan pada kepentingan individu yang bersifat instrumental hedonistik. Kedua, tingkat konvensional. Seiring dengan tambahnya usia anak, moral anak berkembang ke arah konvensional. Pada tingkat ini juga memiliki dua tahap yaitu tahap orientasi konformitas interpersonal dan orientasi pada hukum dan aturan. Ketiga, tingkat pasca konvensional perkembangan nilai moral anti kosrupsi manusia berada pada tahap orientasi kontrak sosial dan tahap orientasi etis universal. Anak usia SD cenderung berada pada tahap perkembangan moral konvensional. Artinya anak-anak SD akan melakukan suatu perbuatan yang baik sesuai dengan konformitas hubungan interpersonal yang akrab dan intensif. Di samping itu, anak SD akan berbuat baik manakala sesuai dengan hukum dan aturan yang sudah ada dan bukan kesadaran etik universal (Satibi, 2006).

Menurut Slamet Suyanto mengatakan bahwa pendidikan SD merupakan ilmu yang bersifat interdisipiner, meliputi; Pendidikan anak khusus usia 6-12 tahun, Psikologi perkembangan anak, Biologi perkembangan, Neoroscience, Pendidikan jasmani, Pendidikan bahasa dan seni, dan pendidikan bidang sutudi termasuk pendidikan moral (Slamet Suyanto, 2006: 1). Sedang prinsip-prinsip dalam proses belajar mengajar antara lain; Appropriate yaitu pembelajaran yang disesuaikan dengan tumbuh kembang jiwa anak, esensi bermain, holistik atau menyeluruh, terpadu atau integrated, bermakna, long life skills dan fleksibel

Anak sekolah dasar mengalami perkembangan fisik dan motorik, tak kecuali perkembangan kepribadian, watak, emosional, intelektual, bahasa, budi pekerti, dan moralnya yang bertumbuh dengan pesat. Oleh karena itu jika menghendaki bangsa yang cerdas, dan bermoral baik, pendidikan anti kosrupsi harus dimulai sejak masa kanak-kanak dan usia SD.

Pendidikan anti koropsi memerlukan keterlibatan semua aspek kehidupan manusia, sehingga tidak cocok hanya menekankan pada aspek kognitif saja, hal ini dapat membunuh karekater anak. Namun pendikan anti korupsi bagi anak SD harus disesuikan dengan perkembangan jiwa anak, mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia; intelektual, karekater, estetika, dan fisik dan dalam koridor pembelajaran moral yang menyenangkan (Bobbi DePorter & Mike Hernacki, 203: 8).

Dalam usaha mentarsfer nilai-nilai adnti koropsi dapat digunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tumbuh kembang jiwa anak. Menurut Habibah (Habibah, 2007: 1) dalam sosialisasi pendidikan moral dapat digunakan pendekatan indoktrinasi, klasifikasi nilai, keteladanan, dan perilaku guru. Keempat pendekatan tersebut di atas diharapkan dapat diterapkan sesuai dengan situasi keondisi serta dilakukan secara holistik sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih. Pendekatan di atas juga diharapkan guru mengetahui karakteristik siswa maupun kondisi kelas, dan seorang guru harus memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan psikologi pendidikan sehingga kelas kondusif untuk pembelajaran moral anti korupsi.

Pendekatan indoktrinasi dengan cara memberi hadiah atau hukuman, peringatan, dan pengendalian fisik. Sedang pendekatan klasifikasi nilai, dengan cara penalaran dan ketrampilan. Pendekatan keteladanan dengan cara disiplin, tanggung jawab, empati, dan pendekatan pembiasaan dengan cara perilaku seperti berdoa, berterima kasih. Pendekatan habitus diharapkan dapat merubah perilaku moral (Ambarwati, 2007: 1).

Secara kognitif, pemikiran anak SD sedang mengalami pertumbuhan sangat cepat. Menurut Jean Piaget perkembangan kognitif manusia secara operasional formal yaitu anak usia 6 tahun ke atas sudah mulai belajar berpikir abstrak. Pada usia 6 tahun ke atas ini, anak sudah mengenal simbol-simbol abstrak. Namun demikian, pembelajaran dengan menggunakan referensi benda konkrit masih sangat membantu anak memahami simbol-simbol abstrak tersebut. Untuk itu diperlukan kemampuan guru dalam menerjemahkan materi anti korupsi yang abtrak menjadi materi yang konkrit dan mudah dipahami.

Perkembangan sosial anak SD berada pada tahap kesadaran kolektif yang ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri anak dan di luar diri anak. Faktor dari dalam diri anak berupa kondisi internal anak baik fisik, kognitif, sosial emosi, moral, dan spiritual anak. Faktor di luar diri anak adalah lingkungan anak baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat kondusif untuk penanaman pendidikan anti korupsi.

Mangunwijaya memiliki idealisme tentang nilai anti korupsi bahwa murid-murid SD dapat dibangun karakternya menjadi anak baik yang memiliki rasa keadilan, suka menolong, mengasihi sesama, hidup rukun, hidup sederhana, cinta tanah air, rela berkorban dan tidak suka mencuri.

Mangunwijaya berpendapat bahwa pendidikan anti korupsi yang efektif dimulai dalam pengalaman sehari-hari dan dalam suasana dialog dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) menciptakan suasana kekluargaan, persahabatan dan keakraban di dalam kelas antara guru dan murid, dan antara murid dengan murid; b) mulai membicarakan masalah tindak korupsi (perbuatan) yang merugikan orang lain berdasarkan pengalaman anak, yaitu masalah-masalah atau perasaan-perasaan yang benar-benar ada dan sedang dipikirkan dan dirasakan oleh peserta didik; c) guru mendengarkan pengalaman yang dibagikan murid, murid lain mendengarkan kawan mereka bercerita; kemudian setiap murid diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat dan perasaan mereka tentang pengalaman baru yang mereka dengar; d) guru memperdalam penghayatan pengalaman murid dengan cara mencari makna yang terselubung dibalik pengalaman tersebut atau mencari nilai-nilai anti korupsi yang terkandung dari pengalaman peserta didik (Stefanus Suyanto Sandjaja, 2007: 66).

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menyusun rencana pembelajaran dalam konteks Program Identitas Tema (PIT) dengan pendekatan kecerdasan majemuk (terdiri dari kecerdasan logis-matematis, verbal-lenguistik, visual-spesial, tubuh-kinestetik, musikal, antar pribadi, intra pribadi, naturalis dan eksistensialis). Langkah yang dilakukan pertama adalah menentukan topik masalah anti korupsi yang akan dibahas. Kedua adalah menentukan kecerdasan majemuk mana yang akan dikembangkan khususnya kecerdasan intra pribadi, eksistensialis dan spiriutual. Hasil langkah pertama dan kedua disebut pizza kecerdasan majemuk, yaitu model pembelajaran yang berisi topik yang akan dibahas serta aktivitas dan isi pembelajaran dalam setiap kecerdasan majemuk yang relevan perlu diajarkan.

Pengembangan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan menyadari dan menelusiri emosi diri sendiri dan mengelolanya dengan efektif. Beberapa sifat yang harus dikembangkan kepada peserta didik adalah kepekaan terhadap nilai-nilai yang dimiliki; sangat memahami diri sendiri, menyadari emosi diri dengan baik, peka terhadap tujuan hidupnya, mampu mengembangkan kepribadiannya, bisa memotivasi diri sendiri, sangat sadar akan kekuatan dan kelemahannya. Beberapa cara yang harus dilakukan guru terhadap muridnya untuk menumbuh kembangkannya adalah; melatih dialog batin tentang antikorupsi, menggunakan waktu refleksi diri, belajar mandiri, belajar mendengarkan intuisi (suara hati) tentang anti korupsi, berdiskusi

Pengembangan kecerdasan eksistensialis adalah kemampuan dan kepekaan seseorang menjawab persoalan-persoalan terdalam tentang keberadaan manusia. Pertanyaan yang muncul dalam diri manusia; mengapa aku ada?!, apa makna hidupku!, bagaimana mencapai tujuan hidup yang sejati?!, mengapa seseorang harus mati, sesudah mati mau kemana?! Beberapa sifat yang harus dimiliki peserta didik dengan kecerdasan eksistensialis adalah suka bertanya soal kebenaran dan inti persoalan, berpikir kritis, suka merenung, melakukan refleksi diri, dan senang berdiskusi mengenai hakekat hidup. Ada beberapa cara untuk mengembangkan kecerdasan ini, diantaranya adalah mendengarkan khotbah anti korupsi, membaca buku-buku rohani, buku filasat, teologia, mengadakan refleksi diri, menghadiri upacara kematian, mengikuti retreat untuk tidak melakukan korupsi (Stefanus Suyanto Sandjaja, 2007: 71).

Kecerdasan spritual; anak diajarkan tentang nilai-nilai agama yang lebih subtansial untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan sepenuh akal budi atau dengan segenap kekuatan, serta mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Implementasi nilai spiritual ini diharapkan dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam tataran nilai dasar, nilai instrumen dan nilai praksis. Penjabaran nilai praksis diharapkan setiap peserta didik wajib melakukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pembudayaan nilai anti korupsi dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor nilai itu harus dapat merubahan pola pikir, pola sikap dan perilaku peserta didik yang menjauhi korupsi melalui penerapan nilai agama.

Membangun karakter murid anti korupsi adalah tugas guru, pendidikan karakter sangat tepat dimulai sejak dini. Pendidikan anti korupsi diberikan sejak SD akan mengembangkan suara hati lebih kuat, dan anak akan lebih kuat dalam mengendalikan dan mengembangkan tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai moral yang baik tertanam dalam lubuk hatinya. Pendidikan anti korupsi dengan teori Multiple Intelegences dapat dengan lengkap melibatkan aspek kognisi, emosi, perilaku teramati sehingga perubahan karakter secara holistik anti korupsi dapat dilihat.

Dalam pembelajaran nilai moral ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pembelajaran nilai dapat efektif yaitu perbuatan dan pembiasaan. Oleh karena dengan perbuatan siswa dapat secara langsung melakukan pengulangan perbuatan agar menjadi kebiasaan. Atau nilai anti korupsi yang baik menjadi budaya mereka.

Interaksi antara panutan yang memberi keteladanan pada peserta didik dan kondisi lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran nilai anti korupsi sangat menguntungkan untuk transfer nilai melalui saling membagi dalam pengalaman. Guru yang baik juga dapat mengerti perasaan, pemahaman, jalan pikiran peserta didik dan mereka diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan sekaligus dapat memberi jalan keluar dalam pergumulan pemilihan nilai anti korupsi yang ada tanpa mengindoktrinasi.

Melalui pemahaman yang mendalam terhadap materi pembelajaran nilai anti korupsi peserta didik dapat memilih berbagai alternatif nilai yang ada dan mengamalkan sebagai wujud aktualisasi diri. Guru sebagai panutan yang meberi hidupnya bagi peserta didik diharapkan dapat merefleksi diri melalui perasaan dan pikirannya setelah merenung dan mendapat masukan sehingga dapat mngetahui sejauh mana pemahaman dan pengamalan nilai anti korupsi yang telah diterima dan dilakukan siswanya.

Ada dua lembaga yang berperan mengajarkan pendidikan anti korupsi yaitu lembaga formal dan non formal, secara formal pendidikan anti korupsi dilakukan oleh sekolah dan non formal oleh keluarga dan masyarakat. Pendidikan anti korupsi melalui keluarga, peran orang tua sangat dominan dalam menanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak usia dini seuai dengan tumbuh kembang jiwa anak. Anak-anak akan patuh pada perintah orang tuanya untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain. Sedang pendidikan anti kroupsi melalui masyarakat biasanya berupa norma sosial. Norma merupakan kaidah, aturan yang mengandung nilai tertentu yang harus dipatuhi warganya, agar kehiupan masyarakat berjalan dengan tertib.

Penutup

Kekerasan terjadi disebabkan karena lingkungan yang tidak kondusif, sehingga menimbulkan depresi, stress yang berat sehingga ada kecenderungan melakukan tindakan tidak terkontrol dan dapat melakukan kekerasan terhadap orang lain maupun diri sendiri; contoh kongkrit para caleg yang gagal melakukan kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain. Faktor penyebab stress sangat kompleks, dari masalah ekonomi, harapan yang tidak terwujud, lingkungan yang keras dan kompetitif, kurangnya nilai agama yang diimplementasikan dalam hidup.

Sosialisasi nilai-nilai anti kekerasan harus diberikan kepada anak usia dini, karena anak usia dini sebagai generasi penerus kelak akan menjadi pemimpin bangsa. Pendidikan anti kekerasan bisa disosialisasikan melalui lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan 10

Pembentukan karakter sangat tepat dan harus dimulai sejak anak usia dini. Pembentukan karakter anak paling tepat dilakukan oleh orang tua, guru sekolah dan orang-orang yang mempunyai hubungan dekat dengan anak. Pendidikan nilai yang diberikan pada anak usia dini, akan mengembangkan suara hati anak akan lebih kuat dan peka terhadap lingkungan. Anak akan lebih mampu mengendalikan diri sesuai dengan nilai-nilai yang telah membentuk karakternya. Efektifitas pembentukan karakter anak usia dini sangat bergantung pada komitment orang tua, yang menyadari bahwa tugas orang dewasa membentuk anak usia dini agar memiliki karekter yang baik.

Setiap orang dewasa harus menyadari dan memiliki tanggung jawab. bahwa mereka mendapat amanah dan harus berkomitment seumur hidup untuk menumbuh kembangkan karakter pada diri anak usia dini. Orang tua juga dipanggil untuk memiliki komitment seumur hidup sebagai agent perubahan sesuai dengan panggilannya. Orang dewasa mempunyai posisi strategis sebagai pemimpin sepatutnya berkomitmen dalam mengembangkan dan menampilkan karakter-karakter yang ideal; luhur baik dan cinta terhadap sesamanya. Pemimpin dipanggil untuk memiliki dampak luas untuk mempersiapkan anak usia dini dalam konteks mempersiapkan generasi muda yang lebih baik.

Penyebab korupsi adalah berakar pada akhlak manusia yang bobrok, mental dan moralitas manusia yang rusak atau dalam konsep teologi disebut total depravity yang merupakan faktor mendasar mengapa manusia bertindak korupsi. Ibn Khaldun mengatakan bahwa akar penyebab korupsi adalah nafsu untuk hidup mewah dikalangan kelompok yang berkuasa. Orang Indonesia penyebab korupsi adalah harta (materi), tahta (kekuasaan) dan wanita (hawa nafsu) (KR 12 Desember 2009: 12).

Dr. Andrik Purwasito menawarkan pembrantasan korupsi dengan pendekatan budaya. Oleh karena selama ini kebijakan pembrantasan korupsi dengan pendekatan hukum, ekonomi, politik, sementara pendekatan budaya belum deberdayakan.

Korupsi telah berlangsung selama ini sebenarnya telah tumbuh berakar dalam budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu paling tepat menggunakan pendekatan budaya untuk mengatasi korupsi. Pendekatan budaya yang dimaksud adalah penanaman adanya nilai rasa malu jika berbuat korupsi, atau merugikan orang lain. Kondisi seperti ini jelas ada yang salah dalam proses pendidikan kita, seharusnya guru membiasakan peserta didik memiliki rasa malu ketika melakukan kesalahan. Pengenalan rasa malu ini harus disosialisasikan sejak anak usia dini, sekolah dasar. Jadi sebelum anak mengenal masalah hukum, politik, ekonomi sebaiknya peserta didik ditanamkan memiliki rasa malu. Termasuk di dalamnya budaya mengundurkan diri dari jabatannya, ketika terbukti melakukan kesalahan fatal. Jikalau nilai-nilai ini tidak diajarkan pada peserta didik sejak usia dini, sekolah dasar akan mengakibatkan menjadi generasi yang tidak mempunyai rasa malu.

Rasa malu harus dijadikan hal utama dalam kehidupan berbangsa, atau bagian yang penting untuk membrantas korupsi. Oleh karena kenyataannya; meski sudah terbukti sebagai koruptor, masih tampil tersenyum bagai selebrety (bintang sinitron) di depan publik. Sampai saat ini belum pernah ada pejabat yang mengundurkan diri akibat melakukan tindak korupsi. Contoh dugaan keterlibatan korupsi terhadap Bank Century yang dilakukan Wapres Budiono dan Mentri Keuangan Sri Mulyani tidak mau mengundurkan diri, karena tidak diajarkan rasa malu jika melakukan tindakan bodoh.

Melalui pendekatan budaya malu guru dapat mengajarkan rasa malu kepada peserta didik maupun mengundurkan diri jika tidak mampu menyelesaikan permasalahan. (Andrik, Menejemen Komunikasi Lintas budaya di Tengah dinamika dan Perubahan Global, KR, 10 Desember 2009: 18 ).

Menurut Ari Sujito dalam ”Gerakan Sosial Anti Korupsi” cara membrantas korupsi adalah dengan gerakan sosial, karena publik tidak manginginkan sekedar penegakkan hukum tetapi mentransfer nilai-nilai sikap anti korupsi dari pendekatan hukum menjadi sebuah gerakan sosial (Kedaulatan Rakyat, 9 Desember 2009: 23).

Secara sosiologis sesungguhnya praktik korupsi sudah terbongkar, tetapi secara hukum korupsi masih berlangsung, sebab seringkali bukti sosial politik praktik korupsi gagal dikonversi menjadi bukti hukum. Adapun penyebabnya karena penegak hukum tidak mampu mengkombinasikan bukti hukum dalam pendekatan sosial politik bahkan kedalam budaya. Hukum akhirnya hanya sebagai instrumen legalistic, sehingga hukum tidak mampu menembus gunung es peradilan. Pada hakikatnya, disiplin tidak untuk menghukum, tapi untuk koreksi dan latihan membimbing tindakan ke masa depan. Dengan demikian, untuk mengarahkan kepada tujuan yang sebenarnya, disiplin harus lebih kompleks dan lebih luas daripada sekadar hukuman.

Dalam usaha menanamkan disiplin pada anak, satu hal yang sangat menentukan, yaitu orang tua harus dapat membedakan antara keinginan dan perbuatan. Dalam hal perbuatan, orang tua dapat turun tangan dan membatasi bila perlu. Tetapi dalam hal keinginan dan harapan- harapan, sebaiknya orang tua memberi kebebasan.

 DAFTAR PUSTAKA

Andrik, Menejemen Komunikasi Lintas budaya di Tengah dinamika dan Perubahan Global, Kedaulatan Rakyat, 10 Desember 2009:

Ari Sujito dalam ”Gerakan Sosial Anti Korupsi” Kedaulatan Rakyat, 9 Desember 2009: 23).

Budi Istanto, 2007. Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Generasi Penerus. Yogyakarta: FIP. UNY.

Franz Magnis Suseno SJ. 2006. Demokrasi. “Maksud dan Makna Demokrasi”. Google.

Hendrowibow, l. 2007. “Pendidikan Moral”, Majalah Dinamika, FIP, UNY.

Ignas Kleden. 2003: Demokrasi “Demokrasi dan Distorsiny: Politik Reformasi di Indonesia”. Google.

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Fakultas Filsafat UGM.

LAI, 2003, Alkitab, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. 8

Sunarso, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegara, Yogyakarta: UPT MKU UNY

Udin SW., 2006. Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta, FISE, UNY.

Umar Said, 2007. Google Pendidikan Moral.

METODE-METODE PEMBELAJARAN

METODE-METODE PEMBELAJARAN

Oleh : Desta Ayu

 

Macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai berikut :

  1. 1.    Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara pengajar dengan pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar.  

Ceramah wajar dipergunakan  untuk :
1. Kalau pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat dan tidak,        terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud.
2. Kalau pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan.
3. Kalau pengajar adalah pembicara yang bersemangat dan akan merangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan.
Dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah buku catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas dan sebagainya.
Kelemahan metode ceramah
1. Pengajar tak dapat mengetahui sampai di mana pembelajar telah mengerti pembicaraannya. Kadang-kadang pengajar beranggapan bahwa bila pembelajar duduk diam mendengarkan atau sambil mengangguk-anggukkan kepala, berarti pembelajar telah mengerti. Padahal anggapan tersebut sering meleset; walaupun, pembelajar menunjukkan reaksi seolah-olah mengerti, akan tetapi pengajar tidak mengetahui sejauh mana penguasaan pembelajar terhadap pelajaran itu. Oleh karena itu segera setelah ia berceramah, harus diadakan evaluasi, misalnya dengan tanyajawab
2. Kata-kata yang diucapkan pengajar, ditafsirkan lain oleh pembelajar. Dapat terjadi bahwa pembelajar niemberikan pengertian yang berlainan dengan apa yang dimaksud oleh pengajar. Kiranya perlu kita sadari bahwa tidak ada arti yang mutlak bagi setiap kata tertentu. Kata kata yang diucapkan hanyalah bunyi yang disetujui penggunaanya dalam suatu masyarakat untuk mewakili suatu pengertian. Misalnya: kata modul, bagi mahasiswa UT, pengertiannya adalah salah satu bentuk bahan belajar yang berujud buku materi pokok. Sedangkan bagi-para astronot, modul diartikan sebagai salah satu komponen dari pesawat luar angkasa.
Itulah sebabnya maka setiap anak harus membentuk perbendaharaan bahasanya berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari. Selama ada persamaan pendapat antar pembicara dengar pendengar untuk mengerti maksud pembicara.
Bila pengajar menggunakan kata-kata yang abstrak seperti “kepribadian”, “kesusialaan”, “keadilan”, mungkin bagi setiap anak pengertiannya tidak sama atau sangat kabur untuk mengartikan kata-kata itu. Lebih-lebih lagi bila kata-kata itu dirangkaikan dalam suatu kalimat, akan semakin banyaklah kemungkinan salah tafsir arti pembicaraan pengajar. Itulah sebabnya seringkali pembelajar sama sekali tidak sapat memperoleh pengertian apapun dari pembicaraan pengajar. Maka bila pengajar ingin menjelaskan sesuatu yang kiranya masih asing bagi anak, pengajar dapat menyertakan peragaan dalam ceramahnya. Peragaan tersebut dapat berbentuk benda yang sesungguhnya, model-model dari benda, menggambarkan dengan bagan atau diagram di papan tulis
Batas batas kemungkinan metode ceramah
1. Pengajar tidak dapat mengetahui sampai di mana murid telah mengerti (memahami) yang telah dibicarakan.
2. Pada pembelajar dapat terbentuk konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan oleh pengajar tersebut.
Bagaimana mempersiapakan ceramah yang berdaya guna?
Langkah-langkah di bawah ini pada umumnya merupakan langkah yang dapat mempertinggi hasil metode ceramah.
a. Rumuskan tujuan khusus yang hendak dipelajari oleh pembelajar.
b. Setelah menetapkan tujuan, hendaklah diselidiki apakah .metode ceramah benar-benar merupakan metode yang sangat pada tempatnya.
c. Susuanan bahan ceramah yang benar-benar perlu diceramahkan.
d. Pengertian yang dapat dijelaskan dengan alat atau dengan uraian yang tertentu harus ditetapkan sebelumnya.
e. Tangkaplah perhatian siswa dan arahkan pada pokok yang akan diceramahkan.
f. Kemudian usahakan menanam pengertian yang jelas. Hal ini biasa dilaksanakan dengan melalui beberapa jalan misalnya : Pertama, pengajar memberikan ikhtisar ringkas mengenai pokok-pokok yang akan diuraikan. Kedua, pengajar menguraikan pokok tersebut dan akhirnya menyimpulakan pokok-pokok penting dalam pembicaraan itu.
g. Adakan rencana penilaian. Teknik evaluasi yang wajar digunakan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan khusus itu perlu ditetapkan.

http://massofa.wordpress.com/2008/07/13/metode-ceramah-dalam-pembelajaran/

  1. 2.    Metode Tanya Jawab

Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar yang serupa ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah :
metode tanya jawab dan metode diskusi Perbedaan pokok antara kedua metode itu terletakdalam :
1) Corak pertanvaan yang diajukan oleh Guru.
Pada hakikatnya metode tanya-jawab berusaha menanyakan apakah murid telah mengtahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui metode tanya-jawab Guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual.

2) Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa
Sebaliknya dengan metode diskusi, Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berlainan sifatnya. Di sini Guru merangsang siswa menggunakan fakta-fakta yang dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode, tanya-jawab mempunyai wilayah yang saling mencakup dengan metode diskusi, sehingga kadang-kadang sukar dibedakan, apakah yang sedang dipakai oleh Guru dalam suatu kelas. Tetapi lepas dari kenyataan bahwa kedua metode ini sering sukar dibedakan, akan tetapi tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogyanya dibedakan.
Penggunaan Metode Tanya Jawab
Untuk memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya penggunaan metode tanya-jawab, berikut ini akan disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap kejadian akan diikuti dengan analisis mengenai aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah kewajaran penggunaan metode tanya-jawab.
Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas
1. Melanjutkan pelajaran yang lalu
2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa

3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa
Kelebihan metode tanya Jawab :
1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.
3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
Kelemahan metode tanya Jawab:
1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan waktu lebih banyak.

http://massofa.wordpress.com/2008/07/13/metode-tanya-jawab-dalam-pembelajaran/

  1. 3.    Metode diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.
Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:

a.memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa

b.memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya

c.mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai

d.membantu siswa belajar berpikir secara kritis

e.membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman

f.membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah

     g.mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:

a.Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.

b.Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.

c.Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.

d.Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan.

e.Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.

f.Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.

g.Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan.

h.Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.

i.Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.

j.Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.

http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/26/metode-diskusi/

  1. 4.    Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.

http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/

  1. 5.    Metode karyawisata / pengalaman kerja

Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.

http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/

  1. 6.    Metode penugasan

Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan guru dapat berupa masalah yang harus dipecahkan dan prosedurnya tidak diberitahukan. Metode penugasan ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Kekurangan metode ini terletak pada sulitnya mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri

http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/

  1. 7.    Metode ekspermen laboratorium

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.

http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/

Beberapa saran untuk mengadakan eksperimen. 1. Menerangkan sejelas-jelasnya tujuan-tujuan pelajaran pada siswa, sehingga siswa mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen. 2. Membicarakan bersama dengan siswa prosedur atau langkah-langkah yang dianggap sebaik-baiknya untuk memecahkan rnasalah dalam eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat. 3. Menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan. 4. Setelah eksperimen selesai siswa membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikan bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.

http://indopendidikan.blogspot.com/2009/05/metode-demonstrasi-dan-eksperimen.htm

  1. 8.    Metode bermain peran / simulasi

Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.

http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/

 

 

 

 

 

 

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)

 

Memasuki tahun kedua sosialisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), banyak pihak yang sudah mulai terbiasa mendengar istilah KBK, walaupun maknanya belum dapat dipahami secara utuh. Meskipun uji coba KBK sudah mulai dilaksanakan di beberapa sekolah, sosialisasi KBK belum menyentuh semua lapisan yang terkait dengan proses pendidikan, termasuk guru apalagi mereka yang berada jauh di pelosok.

Kalaupun ada guru yang sudah dapat memaknai apa yang hendak dicapai dalam KBK, tapi pada umumnya masih ragu dan bertanya, bagaimanakah implementasi KBK di dalam kelas. Sampai saat ini sosialisasi operasional ke arah itu memang belum banyak dilaksanakan.

Kita tahu,bahwa dalam KBK itu guru hendaknya dapat mengubah sistem pembelajaran dari yang berorientasi pada guru menjadi pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Sebenarnya metode yang berorientasi pada siswa ini bukanlah sesuatu yang baru. Sejak tahun 1980 lalu diharapkan metode ini sudah diterapkan di lapangan, tapi entah mengapa dalam pelaksanaannya sulit sekali untuk melaksanakan hal tersebut.

Banyak faktor yang mungkin menjadi kendala keberhasilannya, antara lain guru menilai terlalu banyak materi yang harus dicapai dalam kurikulum dan mau tidak mau harus disampaikan kepada siswa sehingga siswa terpaksa “dicekoki” begitu saja, sementara peluang waktu dirasa relatif sempit, apalagi dimanfaatkan untuk sistem caturwulan. Sehingga, guru seakan dikejar target kurikulum yang harus dicapai, belum lagi dihadang oleh waktu libur dan hari-hari produktif.

Kendala lain mungkin datang dari faktor siswa, latar belakang sosial ekonomi dan sarana belajar yang kurang mendukung pada pelaksanaan metode pembelajaran siswa aktif.

Dalam pelaksanaan KBK nanti, bukan tidak mungkin akan banyak dijumpai berbagai kendala seperti di atas. Akan tetapi, kalau memang metode pembelajaran yang berorientasi pada siswa memang menjadi tuntutan mengingat adanya berbagai kompetensi yang harus dicapai siswa, sebanyak apa pun kendalanya secara bertahap guru tentu harus berusaha menuju ke arah itu.

Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam KBK nanti adalah metode cooperative learning. Metode ini biasa disebut juga metoda gorong royong. Sifat belajar cooperative learning tidak sama dengan belajar kelompok atau belajar bekerja sama biasa.

Dalam kerja kelompok guru biasanya memberi kelompok lalu memberikan tugas kelompok tanpa rancangan tertentu yang dapat membuat setiap siswa menjadi aktif. Akibatnya, siswa ada yang bekerja aktif tetapi ada juga yang pasif, ataupun bahkan ada yang main-main atau ngobrol.

Sementara itu, pembelajaran cooperative learning, setiap siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa haus bekerja aktif. Anita Lie (2002), dalam bukunya Cooperative Learning menyebutkan bahwa ada 5 unsur model pembelajaran cooperative learning, yaitu:

1. Adanya saling ketergantungan positif antara anggota kelompok.

2. Adanya tanggung jawab perseorangan. Artinya, setiap anggota kelompok harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan tugas kelompok.

3. Adanya tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.

4. Harus ada komunikasi antar anggota. Dalam hal ini siswa tentu harus dibekali dengan teknik berkomunikasi.

5. Adanya evaluasi proses kelompok, yang dijadwalkan dan dilaksanakan oleh guru.

Jika dikaji lebih jauh, cooperative learning sangat relevan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai KBK, apalagi kalau dikaitkan dengan berbagai life skill yang harus dikuasai siswa. Umpamanya, dalam kecakapan berpikir rasional (thingking king skill), siswa dituntut memiliki kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan masalah. Selain itu siswa pun dituntut untuk memiliki kecakapan sosial, termasuk kecakapan berkomunikasi dan bekerjasama. Di sinilah pentingnya peranan cooperative learning.

Dalam pelaksanaannya tentu harus mulai diperkenalkan sejak awal TK atau SD) dan berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini penting agar siswa sudah terbiasa belajar dengan teknik-teknik pembelajaran cooperative learning yang sangat beragam, seperti jigsaw, dua tinggal dua tamu, kancing gemerincing, dan sebagainya. Teknik-teknik ini dapat disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan dijenjang mana pembelajaran dilaksanakan.

Yang menjadi masalah adalah kesiapan dari para guru dalam menerapkan metode ini sebab mereka dituntut untuk membuat rancangan-rancangan yang akan mendukung keberhasilan penggunaan metode ini. Tanpa dibuat persiapan yang matang dan rancangan yang terarah, keberhasilannya tentu diragukan. Dalam sebuah penataran metode pembelajaran cooperative learning untuk para guru SMU, pada peserta yang pesimis terhadap efektivitas pelaksanaannya di kelas nanti mengingat berbagai kendala yang dihadapi, baik dari faktor murid, sarana, maupun faktor kebiasaan guru itu sendiri.

Tapi, pemateri mengatakan, jangan pesimis dulu, terima saja dulu, pahami, buat rancangan-rancangannya, lalu coba terapkan sedikit-sedikit, perlahan-lahan, sampai pada saatnya nanti semua dapat menerima dan melaksanakannya sesuai dengan yang diharapkan.

Melaksanakan sesuatu yang baru memang tidak mudah. Adasatu pengalaman, seorang rekan guru meminta makalah pembelajaran dalam KBK dari Diklat di Malang. Setelah dibaca, ia tidak dapat memahami bagaimana menerapkan teknik-teknik cooperative learning tersebut di kelas. Ini merupakan tantangan lain.

Sosialisasi metode pembelajaran ini perlu dengan demonstrasi, latihan langsung menerapkan teknik-teknik cooperative learning, termasuk membuat berbagai rancangannya karena melalui cara itulah sosialisasi metode ini akan jauh lebih mudah dapat dipahami.

Kepada para guru yang baru mengenal metode pembelajaran cooperative learning, perlu diberikan bimbingan langsung dalam pelaksanaan, misalnya melalui workshop yang diikuti para guru per bidang mata pelajaran sehingga contoh-contohnya diambil dari materi KBK mata pelajaran tersebut.              http://mariaulfah15.multiply.com/journal/item/3

Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran

Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran

 oleh: Dezta Ayu Dwi Venistum

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

 

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :

  1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
  2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
  4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

  1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
  2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
  4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

Sumber:

 

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)