METODE-METODE PEMBELAJARAN

METODE-METODE PEMBELAJARAN

Oleh : Desta Ayu

 

Macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai berikut :

  1. 1.    Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara pengajar dengan pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar.  

Ceramah wajar dipergunakan  untuk :
1. Kalau pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat dan tidak,        terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud.
2. Kalau pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan.
3. Kalau pengajar adalah pembicara yang bersemangat dan akan merangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan.
Dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah buku catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas dan sebagainya.
Kelemahan metode ceramah
1. Pengajar tak dapat mengetahui sampai di mana pembelajar telah mengerti pembicaraannya. Kadang-kadang pengajar beranggapan bahwa bila pembelajar duduk diam mendengarkan atau sambil mengangguk-anggukkan kepala, berarti pembelajar telah mengerti. Padahal anggapan tersebut sering meleset; walaupun, pembelajar menunjukkan reaksi seolah-olah mengerti, akan tetapi pengajar tidak mengetahui sejauh mana penguasaan pembelajar terhadap pelajaran itu. Oleh karena itu segera setelah ia berceramah, harus diadakan evaluasi, misalnya dengan tanyajawab
2. Kata-kata yang diucapkan pengajar, ditafsirkan lain oleh pembelajar. Dapat terjadi bahwa pembelajar niemberikan pengertian yang berlainan dengan apa yang dimaksud oleh pengajar. Kiranya perlu kita sadari bahwa tidak ada arti yang mutlak bagi setiap kata tertentu. Kata kata yang diucapkan hanyalah bunyi yang disetujui penggunaanya dalam suatu masyarakat untuk mewakili suatu pengertian. Misalnya: kata modul, bagi mahasiswa UT, pengertiannya adalah salah satu bentuk bahan belajar yang berujud buku materi pokok. Sedangkan bagi-para astronot, modul diartikan sebagai salah satu komponen dari pesawat luar angkasa.
Itulah sebabnya maka setiap anak harus membentuk perbendaharaan bahasanya berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari. Selama ada persamaan pendapat antar pembicara dengar pendengar untuk mengerti maksud pembicara.
Bila pengajar menggunakan kata-kata yang abstrak seperti “kepribadian”, “kesusialaan”, “keadilan”, mungkin bagi setiap anak pengertiannya tidak sama atau sangat kabur untuk mengartikan kata-kata itu. Lebih-lebih lagi bila kata-kata itu dirangkaikan dalam suatu kalimat, akan semakin banyaklah kemungkinan salah tafsir arti pembicaraan pengajar. Itulah sebabnya seringkali pembelajar sama sekali tidak sapat memperoleh pengertian apapun dari pembicaraan pengajar. Maka bila pengajar ingin menjelaskan sesuatu yang kiranya masih asing bagi anak, pengajar dapat menyertakan peragaan dalam ceramahnya. Peragaan tersebut dapat berbentuk benda yang sesungguhnya, model-model dari benda, menggambarkan dengan bagan atau diagram di papan tulis
Batas batas kemungkinan metode ceramah
1. Pengajar tidak dapat mengetahui sampai di mana murid telah mengerti (memahami) yang telah dibicarakan.
2. Pada pembelajar dapat terbentuk konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan oleh pengajar tersebut.
Bagaimana mempersiapakan ceramah yang berdaya guna?
Langkah-langkah di bawah ini pada umumnya merupakan langkah yang dapat mempertinggi hasil metode ceramah.
a. Rumuskan tujuan khusus yang hendak dipelajari oleh pembelajar.
b. Setelah menetapkan tujuan, hendaklah diselidiki apakah .metode ceramah benar-benar merupakan metode yang sangat pada tempatnya.
c. Susuanan bahan ceramah yang benar-benar perlu diceramahkan.
d. Pengertian yang dapat dijelaskan dengan alat atau dengan uraian yang tertentu harus ditetapkan sebelumnya.
e. Tangkaplah perhatian siswa dan arahkan pada pokok yang akan diceramahkan.
f. Kemudian usahakan menanam pengertian yang jelas. Hal ini biasa dilaksanakan dengan melalui beberapa jalan misalnya : Pertama, pengajar memberikan ikhtisar ringkas mengenai pokok-pokok yang akan diuraikan. Kedua, pengajar menguraikan pokok tersebut dan akhirnya menyimpulakan pokok-pokok penting dalam pembicaraan itu.
g. Adakan rencana penilaian. Teknik evaluasi yang wajar digunakan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan khusus itu perlu ditetapkan.

http://massofa.wordpress.com/2008/07/13/metode-ceramah-dalam-pembelajaran/

  1. 2.    Metode Tanya Jawab

Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar yang serupa ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah :
metode tanya jawab dan metode diskusi Perbedaan pokok antara kedua metode itu terletakdalam :
1) Corak pertanvaan yang diajukan oleh Guru.
Pada hakikatnya metode tanya-jawab berusaha menanyakan apakah murid telah mengtahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui metode tanya-jawab Guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual.

2) Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa
Sebaliknya dengan metode diskusi, Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berlainan sifatnya. Di sini Guru merangsang siswa menggunakan fakta-fakta yang dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode, tanya-jawab mempunyai wilayah yang saling mencakup dengan metode diskusi, sehingga kadang-kadang sukar dibedakan, apakah yang sedang dipakai oleh Guru dalam suatu kelas. Tetapi lepas dari kenyataan bahwa kedua metode ini sering sukar dibedakan, akan tetapi tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogyanya dibedakan.
Penggunaan Metode Tanya Jawab
Untuk memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya penggunaan metode tanya-jawab, berikut ini akan disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap kejadian akan diikuti dengan analisis mengenai aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah kewajaran penggunaan metode tanya-jawab.
Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas
1. Melanjutkan pelajaran yang lalu
2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa

3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa
Kelebihan metode tanya Jawab :
1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.
3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
Kelemahan metode tanya Jawab:
1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan waktu lebih banyak.

http://massofa.wordpress.com/2008/07/13/metode-tanya-jawab-dalam-pembelajaran/

  1. 3.    Metode diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.
Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:

a.memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa

b.memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya

c.mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai

d.membantu siswa belajar berpikir secara kritis

e.membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman

f.membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah

     g.mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:

a.Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.

b.Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.

c.Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.

d.Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan.

e.Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.

f.Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.

g.Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan.

h.Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.

i.Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.

j.Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.

http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/26/metode-diskusi/

  1. 4.    Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.

http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/

  1. 5.    Metode karyawisata / pengalaman kerja

Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.

http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/

  1. 6.    Metode penugasan

Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan guru dapat berupa masalah yang harus dipecahkan dan prosedurnya tidak diberitahukan. Metode penugasan ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Kekurangan metode ini terletak pada sulitnya mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri

http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/

  1. 7.    Metode ekspermen laboratorium

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.

http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/

Beberapa saran untuk mengadakan eksperimen. 1. Menerangkan sejelas-jelasnya tujuan-tujuan pelajaran pada siswa, sehingga siswa mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen. 2. Membicarakan bersama dengan siswa prosedur atau langkah-langkah yang dianggap sebaik-baiknya untuk memecahkan rnasalah dalam eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat. 3. Menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan. 4. Setelah eksperimen selesai siswa membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikan bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.

http://indopendidikan.blogspot.com/2009/05/metode-demonstrasi-dan-eksperimen.htm

  1. 8.    Metode bermain peran / simulasi

Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.

http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/

 

 

 

 

 

 

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)

 

Memasuki tahun kedua sosialisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), banyak pihak yang sudah mulai terbiasa mendengar istilah KBK, walaupun maknanya belum dapat dipahami secara utuh. Meskipun uji coba KBK sudah mulai dilaksanakan di beberapa sekolah, sosialisasi KBK belum menyentuh semua lapisan yang terkait dengan proses pendidikan, termasuk guru apalagi mereka yang berada jauh di pelosok.

Kalaupun ada guru yang sudah dapat memaknai apa yang hendak dicapai dalam KBK, tapi pada umumnya masih ragu dan bertanya, bagaimanakah implementasi KBK di dalam kelas. Sampai saat ini sosialisasi operasional ke arah itu memang belum banyak dilaksanakan.

Kita tahu,bahwa dalam KBK itu guru hendaknya dapat mengubah sistem pembelajaran dari yang berorientasi pada guru menjadi pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Sebenarnya metode yang berorientasi pada siswa ini bukanlah sesuatu yang baru. Sejak tahun 1980 lalu diharapkan metode ini sudah diterapkan di lapangan, tapi entah mengapa dalam pelaksanaannya sulit sekali untuk melaksanakan hal tersebut.

Banyak faktor yang mungkin menjadi kendala keberhasilannya, antara lain guru menilai terlalu banyak materi yang harus dicapai dalam kurikulum dan mau tidak mau harus disampaikan kepada siswa sehingga siswa terpaksa “dicekoki” begitu saja, sementara peluang waktu dirasa relatif sempit, apalagi dimanfaatkan untuk sistem caturwulan. Sehingga, guru seakan dikejar target kurikulum yang harus dicapai, belum lagi dihadang oleh waktu libur dan hari-hari produktif.

Kendala lain mungkin datang dari faktor siswa, latar belakang sosial ekonomi dan sarana belajar yang kurang mendukung pada pelaksanaan metode pembelajaran siswa aktif.

Dalam pelaksanaan KBK nanti, bukan tidak mungkin akan banyak dijumpai berbagai kendala seperti di atas. Akan tetapi, kalau memang metode pembelajaran yang berorientasi pada siswa memang menjadi tuntutan mengingat adanya berbagai kompetensi yang harus dicapai siswa, sebanyak apa pun kendalanya secara bertahap guru tentu harus berusaha menuju ke arah itu.

Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam KBK nanti adalah metode cooperative learning. Metode ini biasa disebut juga metoda gorong royong. Sifat belajar cooperative learning tidak sama dengan belajar kelompok atau belajar bekerja sama biasa.

Dalam kerja kelompok guru biasanya memberi kelompok lalu memberikan tugas kelompok tanpa rancangan tertentu yang dapat membuat setiap siswa menjadi aktif. Akibatnya, siswa ada yang bekerja aktif tetapi ada juga yang pasif, ataupun bahkan ada yang main-main atau ngobrol.

Sementara itu, pembelajaran cooperative learning, setiap siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa haus bekerja aktif. Anita Lie (2002), dalam bukunya Cooperative Learning menyebutkan bahwa ada 5 unsur model pembelajaran cooperative learning, yaitu:

1. Adanya saling ketergantungan positif antara anggota kelompok.

2. Adanya tanggung jawab perseorangan. Artinya, setiap anggota kelompok harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan tugas kelompok.

3. Adanya tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.

4. Harus ada komunikasi antar anggota. Dalam hal ini siswa tentu harus dibekali dengan teknik berkomunikasi.

5. Adanya evaluasi proses kelompok, yang dijadwalkan dan dilaksanakan oleh guru.

Jika dikaji lebih jauh, cooperative learning sangat relevan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai KBK, apalagi kalau dikaitkan dengan berbagai life skill yang harus dikuasai siswa. Umpamanya, dalam kecakapan berpikir rasional (thingking king skill), siswa dituntut memiliki kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan masalah. Selain itu siswa pun dituntut untuk memiliki kecakapan sosial, termasuk kecakapan berkomunikasi dan bekerjasama. Di sinilah pentingnya peranan cooperative learning.

Dalam pelaksanaannya tentu harus mulai diperkenalkan sejak awal TK atau SD) dan berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini penting agar siswa sudah terbiasa belajar dengan teknik-teknik pembelajaran cooperative learning yang sangat beragam, seperti jigsaw, dua tinggal dua tamu, kancing gemerincing, dan sebagainya. Teknik-teknik ini dapat disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan dijenjang mana pembelajaran dilaksanakan.

Yang menjadi masalah adalah kesiapan dari para guru dalam menerapkan metode ini sebab mereka dituntut untuk membuat rancangan-rancangan yang akan mendukung keberhasilan penggunaan metode ini. Tanpa dibuat persiapan yang matang dan rancangan yang terarah, keberhasilannya tentu diragukan. Dalam sebuah penataran metode pembelajaran cooperative learning untuk para guru SMU, pada peserta yang pesimis terhadap efektivitas pelaksanaannya di kelas nanti mengingat berbagai kendala yang dihadapi, baik dari faktor murid, sarana, maupun faktor kebiasaan guru itu sendiri.

Tapi, pemateri mengatakan, jangan pesimis dulu, terima saja dulu, pahami, buat rancangan-rancangannya, lalu coba terapkan sedikit-sedikit, perlahan-lahan, sampai pada saatnya nanti semua dapat menerima dan melaksanakannya sesuai dengan yang diharapkan.

Melaksanakan sesuatu yang baru memang tidak mudah. Adasatu pengalaman, seorang rekan guru meminta makalah pembelajaran dalam KBK dari Diklat di Malang. Setelah dibaca, ia tidak dapat memahami bagaimana menerapkan teknik-teknik cooperative learning tersebut di kelas. Ini merupakan tantangan lain.

Sosialisasi metode pembelajaran ini perlu dengan demonstrasi, latihan langsung menerapkan teknik-teknik cooperative learning, termasuk membuat berbagai rancangannya karena melalui cara itulah sosialisasi metode ini akan jauh lebih mudah dapat dipahami.

Kepada para guru yang baru mengenal metode pembelajaran cooperative learning, perlu diberikan bimbingan langsung dalam pelaksanaan, misalnya melalui workshop yang diikuti para guru per bidang mata pelajaran sehingga contoh-contohnya diambil dari materi KBK mata pelajaran tersebut.              http://mariaulfah15.multiply.com/journal/item/3

Tinggalkan komentar